CHAPTER 39

8.5K 511 71
                                    

Happy reading:)

"Terimakasih sudah bertahan sayang, demi kita."

~Alkana Lucian Faresta~

Seorang gadis melangkah gontai memasuki rumahnya, rambutnya berantakan dan tubuhnya terlihat lemas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang gadis melangkah gontai memasuki rumahnya, rambutnya berantakan dan tubuhnya terlihat lemas. Gadis itu membuka pintu rumah, ternyata ibunya sudah menunggu kedatangannya sambil berkacak pinggang.

"Pulang telat lagi!" sarkas Arumi.

Mela memejamkan matanya, "Mela kan ada Les Ma." jelasnya.

Arumi menggeleng tidak setuju, "Kamu pulang Les dua jam yang lalu, dan sekarang baru sampai ke rumah, liat tuh!" tunjuk Arumi pada jam besar di rumah mereka.

"Kamu mau bohongin Mama hah?!"

Mela menggeleng cepat, "Nggak Ma, Mela susah nyari taksi tadi."

"Lagian itu gak sampai dua jam Mela! Kamu kalo mau bohong pinter dikit! Lagian Mama udah bilang berapa kali supaya kamu bawa mobil! Mama beli mobil itu buat kamu biar di pake bukan jadi pajangan di garasi!" sarkas Arumi mendekati Mela.

"Mela malas nyetir Ma."

"Alasan aja kamu! Dasar pemalas! Gimana nilai kamu bisa naik! Kalo gini caranya Liona bakalan terus di atas kamu!"

"Bisa gak sih Mama gak usah banding-bandingin aku sama dia! Aku muak tau gak!" Mela mulai meninggikan suaranya. Bagaimana ia tidak semakin membenci Liona, Mamanya sangat mengidam-idamkan anak sepintar Liona.

"Oh mulai berani! Jangan sampe Mama ngadu ke Papa kalo kamu sering kabur malam-malam keluyuran gak jelas! Mama itu ingin yang terbaik buat kamu, tapi kamu malah memperlakukan Mama seperti musuh kamu!"

Mela menatap Mamanya dengan pandangan berkaca-kaca, gadis itu menghela nafas lelah, gadis itu mencengkram tali tas di bahunya menahan emosi.

"Kadar kepintaran tiap orang itu beda Ma, Mela gak pinter di akademik--"

"Bisa pinter kalo kamu mau! Jangan banyak alasan kamu! Atau kamu mau Mama tambah jam les kamu?!" ancamnya yang kerap kali Arumi berikan untuk Mela.

Mela melemparkan tasnya kasar, "Mela capek Ma! Sekali-kali tolong ngertiin aku dong! Aku udah berusaha Ma, dan cuman segitu yang aku bisa! Harusnya Mama itu bangga sama aku!"

Arumi tertawa mendengar ucapan putrinya itu, "Bangga? Untuk apa Mela? Atas ranking lima besar kamu yang gak berguna itu?! Denger Mela, kamu itu anak Mama satu-satunya, harapan keluarga, seharusnya kamu itu bisa jadi penerus perusahaan Papa kamu! Kalo nilai kamu gak ada peningkatan bagaimana masa depan kamu nanti?!"

ALKANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang