CHAPTER 32

9K 589 38
                                    

Happy reading:)

"Berdiri di sisi aku gak mudah, aku akui itu."

~Alkana Lucian Faresta~

Seorang gadis mengurung diri di kamarnya, enggan membuka pintu meski sudah di ketuk beberapa kali

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seorang gadis mengurung diri di kamarnya, enggan membuka pintu meski sudah di ketuk beberapa kali. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, gadis itu masih setia dengan seragam sekolahnya, sibuk menangis dengan posisi telungkup di ranjangnya.

Sejak pulang sekolah tadi gadis itu menolak makan bahkan bertemu siapapun.

"Sayang..." bujuk Alkana di pintu kamar dengan nampan berisi makanan di tangannya. Para pelayan tidak ada yang mampu membujuk gadis itu membuka pintu.

"Jangan terlalu di paksa, perempuan kalau di hina kayak gitu pasti merasa harga dirinya di injak." ucap Florin yang keluar dari kamarnya berjalan ke arah Alkana yang setia di depan pintu.

"Lain kali gue hajar pacarnya sekalian!" Florin tersenyum lebar mengingat Aurel yang selalu takut melihatnya, padahal wajahnya tidak menyeramkan malah justru kelewat cantik.

"Mereka gak pernah berhenti nyari masalah, selalu aja ganggu Liona, Flo." jelas Alkana pada adiknya.

"Justru itu makanya gue pengen sekolah di sini, gue mau bantu kalian, apalagi Liona gak punya temen. Sejak Mama cerita kalo Liona di bully satu sekolah, itu langsung bikin gue gak tenang. Anggap aja itu alasan lain gue pindah selain teman-teman gue yang gak waras di California." jelas Florin membuat Alkana mengelus puncak kepala adiknya.

"Makasih ya udah peduli sama Liona, kakak bersyukur kamu di sini." Alkana mencium kepala adiknya, Florin sangat pengertian pada keluarganya.

"Liona bagian keluarga kita sekarang, udah seharusnya kita peduli, keadaan sering kali gak adil akibat orang-orang sekitarnya bikin gue kesel setengah mati."

Tiba-tiba pintu kamar terbuka, Liona mendengar semua percakapan mereka di balik pintu kamarnya. Gadis itu menunduk menatap lantai, malu menatap dua orang di depannya.

"Gimana keadaan lo?" Florin memegang bahunya membuat Liona mendongak menatap Florin yang sedikit lebih tinggi darinya.

"Lebih baik, makasih ya." tulus Liona dengan suara serak.

"Gak usah di pikirin omongan Bajingan itu, semuanya cuma omong kosong." ucap Florin mencoba membuat Liona merasa lebih baik, gadis itu mengangguk.

"Gue tinggal ke bawah, oke?" pamitnya menatap Alkana dan Liona bergantian, mereka butuh ruang untuk berbicara berdua.

Setelah Florin pergi Alkana langsung membawa Liona ke dalam pelukannya lelaki itu membawa Liona masuk ke kamar gadis itu, sambil satu tangannya membawa nampan. Alkana menyalakan lampu, seketika kamar gelap itu menjadi terang.

ALKANA [END]Where stories live. Discover now