CHAPTER 07

18.1K 919 86
                                    

HAPPY READING:)

"Nangisin si Brengsek itu, hm?"

~Alkana Lucian Faresta~

Kafe tampak ramai, di dominasi oleh muda-mudi, baik itu pelajar maupun mahasiswa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kafe tampak ramai, di dominasi oleh muda-mudi, baik itu pelajar maupun mahasiswa. Malvin dan Liona menjadi salah satu dari mereka. Menempati meja ujung, beberapa makanan dan minuman tertata rapi di sana semenjak beberapa menit yang lalu.

Tidak ada yang berniat membuka suara bahkan menyentuh hidangan yang telah mereka pesan. Tidak! Bukan karena makanan atau minuman itu kurang menarik, tapi karena ketegangan dan rasa canggung yang lebih mendominasi.

"Kenapa kita jadi gini sekarang?" Malvin membuka suara.

Lamunan Liona buyar, mengalihkan tatapannya dari secangkir cappucino panas di depannya ke arah Malvin. Liona sengaja memesan itu, karena rintik hujan mulai turun membasahi bumi. Hawa dingin mulai terasa, meski terhalang karena mereka berada dalam ruangan.

Liona membuang pandangannya ke arah jalanan, dinding kaca kafe membuat dirinya leluasa menatap ke luar, dan seseorang di luar sana juga seseorang leluasa menatap mereka tanpa keduanya sadari.

"Bukannya seharusnya aku yang nanya itu ke kamu?" Liona menatap wajah itu, melihat wajah Malvin, kata 'penghianat' yang kerap kali meluncur dari bibir Alkana terbesit dalam otaknya.

Alkana? Kenapa Liona jadi mengingat lelaki itu sekarang?

"Kenapa kita jadi gini sekarang?" Liona mengulangi pertanyaannya yang Malvin lontarkan beberapa saat lalu. Malvin diam seperti tidak mampu menjawab pertanyaan sederhana itu.

Liona kembali membuang pandangannya ke arah luar, uap hujan melekat pada dinding kaca kafe. Melihat hujan Liona teringat lagi pada Alkana, lelaki itu merebut first kiss nya saat itu, dan lagi kata-kata Alkana masih melekat erat dalam ingatannya.

"Kalo lo emang suka hujan, kenapa berteduh? dan menghindari setiap tetesannya dari langit?."

Tatapan mata mereka yang tak sengaja bertubrukan beberapa saat di parkiran tadi membuat Liona tidak nyaman, Alkana jelas menunjukkan ketidak sukaannya.

"Kenapa kita jadi gini?, Itu semua karena kamu, kedekatan kamu sama Brandal itu memicu pertengkaran kita akhir-akhir ini!" Malvin memberanikan diri berbicara, dan malah menuduh Liona.

Liona jelas tidak mau menjadi pihak yang di salahkan, karena dirinya tidak salah.

"Ini hubungan kita, urusan kita berdua, Alkana cuma orang asing, jangan bawa-bawa dia dalam hal ini! Dia gak ada hubungannya sama sekali!" entah angin dari mana Liona mengatakan itu.

ALKANA [END]Where stories live. Discover now