CHAPTER 10

19.7K 939 47
                                    

HAPPY READING:)

"Sebenci itu lo sama gue?"

~Alkana Lucian Faresta~

Dentuman keras pintu apartemen itu membuat seorang gadis memejamkan matanya ketakutan, namun setelah membulatkan tekat, ia memilih melawan rasa takutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dentuman keras pintu apartemen itu membuat seorang gadis memejamkan matanya ketakutan, namun setelah membulatkan tekat, ia memilih melawan rasa takutnya. Liona menatap nyalang ke arah Alkana, rasa bencinya pada lelaki itu kian besar setelah yang terjadi hari ini.

Alkana memojokkan gadis itu ke pintu yang sudah di kuncinya, menahan pergerakan tangan Liona di sisi kanan dan kiri kepala gadis itu.

"LE--PAS BRENGSEK!" Liona susah payah mencoba melepaskan genggaman Alkana pada pergelangan tangannya.

"No baby! See what I can do?, I will do anything to be able to have you, because I am yours and you are mine!"

"I am not yours jerk! Cuih!" teriak Liona lalu meludahi wajah tampan Alkana.

Air liur gadis itu menempel pada pipi Alkana, cowok itu nampak memejamkan matanya, tak mampu membendung emosinya lagi karena merasa di rendahkan Alkana mengangkat tangannya melayangkan tamparan pada pipi gadis itu.


Wajah Liona tertoleh ke samping, gelenyar panas mulai merambat pada pipinya, Liona memegang bekas tamparan itu, bibirnya mulai melengkung ke bawah, matanya berkaca-kaca. Tanpa bisa di cegah air matanya luruh seketika.

Alkana mengambil tisu lalu membersihkan wajahnya, ini yang paling Alkana tidak sukai, di rendahkan, egonya yang setinggi langit itu terluka.

"Kayaknya sikap baik gue bikin lo ngelunjak ya! Sekarang rasain sisi iblis gue!" Alkana menarik wajah Liona agar menatapnya, dengan kasar lelaki itu menarik tengkuk Liona dan mencium kasar bibir gadis itu, tak peduli dengan air mata Liona yang terus mengalir.

Liona menangisi nasibnya, lepas dari sosok lelaki brengsek ternyata tak membuatnya mendapatkan sosok yang lebih baik, nyatanya ia terjebak dalam obsesi gila Alkana.

Ciuman Alkana beralih ke rahang, kemudian perlahan turun hingga ke leher gadis itu, bukan hanya mencium, lelaki itu sesekali menjilati leher Liona membuat gadis itu merasa di rendahkan.

Liona benci Alkana, sangat!

"LEPAS ALKANA!" teriakan itu tak membuat Alkana menghentikan aksinya. Liona benci situasi ini, gadis itu tidak menikmatinya sama sekali, ini namanya pelecehan!.

Alkana menghiraukan penolakan Liona, ia terus melanjutkan aksinya hingga meninggalkan bekas kemerahan di leher gadis itu, bukan hanya satu, tapi ada banyak tanda!.

ALKANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang