💍01

22.6K 1K 195
                                    

Langit nampak cerah hari ini, seakan mendukung dua sejoli yang tengah menghabiskan waktu weekend secara mesra.

Menopang dagu, sekali lagi dia menatap pemandangan itu intens. Mengalihkan pandangan setelah dirasa tak sanggup berlama-lama memandang keduanya.

"Kak Hujan, sini. Dedeknya nendang." pekikan yang berasal dari wanita yang berbadan dua kembali membuatnya menaruh atensi di sana.

Wanita bernama Hujan itu tersenyum sebelum bangkit menghampiri kedua pasangan yang sedang dimabuk bahagia.

"Dedenya nakal, ya." sahut Hujan usai mengelus perut buncit itu dan bisa dia rasakan juga tendangan dari sana. Terlihat sederhana tetapi mampu membuat Hujan kembali merenungkan perbedaan nasib keduanya.

"Hu'um, persis seperti ayahnya." wanita bernama Askia itu menyahut. Kontan saja Hujan mengalihkan pandangan pada pria yang sedari tak berhenti mengelus surai Kia.

"Kok jadi, Mas?"

Suara berat yang masih membuat hati Hujan porak-poranda. Dia adalah Awan Ravastya, suami Kia termasuk suami Hujan sendiri.

"Kan emang bener. Kalo malam tuh, Mas gak pernah diem. Ganggu Kia terus." keluhnya dengan bibir mengerucut. Awan terkekeh mendengarnya dan memang benar dia selalu menjahili istri kecilnya itu.

Keduanya larut dalam obrolan dan sekali lagi Hujan menjadi sosok tak kasat mata diantara kebahagiaan itu. Sebentar saja kehadirannya sudah dilupakan. Maka dari itu tidak ada alsasan baginya ikut nimbrung.

Dengan gerakan pelan dia perlahan menjauhi dua insan itu. Tak ada alasan bagi Hujan terus berada di sana. Dia tak ingin menjadi penonton yang bisa berpotensi membuat hatinya retak lagi dan lagi.

Sebelumnya perkenalkan, dia adalah Pelangi Hujan. Nama yang unik dan dari namanya ini pula mengantarkan Hujan dalam ikatan pernikahan bersama Awan.

Hujan adalah istri pertama, sedangkan Kia adalah istri kedua.

Semua bermula saat Awan pulang dari luar kota. Penyambutan yang Hujan siapkan seharian nyatanya euforia itu harus kandas setelah suaminya membawa wanita lain yang tengah berbadan dua ke rumah mereka.

"Dia Askia Permata. Kami sudah menikah siri dan sedang mengandung 5 bulan."

Bagai bongkahan es, Hujan yang mendengarnya berdiri kaku. Netranya kala itu kosong sebelum Kia menyapanya dengan nada ceria.

"Hai kak Hujan. Namaku Askia, bisa dipanggil Kia."

Perkenalan itu alih-alih membuatnya mengamuk, Hujan malah membalasnya dengan senyum manis andalannya.

Bahkan masih segar diingatan saat Awan menghampirinya dan memberikan pelukan singkat.

"Makasih udah nerima Kia."

Itulah bisikan Awan setelah melihat Hujan nampak welcome dengan kehadiran Kia di rumah mereka.

Menyudahi nostalgianya, Hujan kembali fokus mengaduk susu hamil yang nantinya akan diberikan oleh Kia. Wanita itu tak akan minum bila bukan Hujan yang membuatkannya.

"Kak, pengen wedang."

Kia muncul dari balik sekat dapur dan ruang tamu. Kehadirannya sempat membuat Hujan terkejut.

"Kakak buatin mau?" tawarnya yang segera diangguki oleh Kia.

"Kata mas Awan, wedang jahe buatan Kak Hujan adalah yang terbaik. Maka dari itu aku mendadak pengen. Ngidam kali, ya?"

Hujan mengangguk sebelum menyerahkan gelas berisi susu varian rasa coklat kepada wanita hamil itu.

Hatinya sempat berdesir setelah mendengar ucapan Kia perihal Awan yang memuji wedang jahenya.

(,) sebelum (.)Where stories live. Discover now