💍08

9.3K 940 125
                                    

Hujan menatap ibunya yang sedang lahap makan masakannya. Senyumnya terbit saat sang ibu memberikan jempol.

"Masakan kamu gak pernah gagal. Oh ya, suamimu gak datang?" pertanyaan itu meluncur dari bibir Devi.

Hujan bingung memberikan jawaban, tidak mungkin dia berbohong.

Sebagai seorang ibu tentulah Devi menyadari adanya perubahan ekspresi pada anak satu-satunya itu. "Kenapa? Kamu lagi berantem?"

Dan Hujan bertambah gelisah dibuatnya. Mengambil alih piring kotor sang ibu, Hujan menarik napas panjang.

"Sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan, Bu. Ini tentang aku dan Mas Awan," tukasnya menjilat bibirnya pertanda gelisah.

"Kami mau cerai." tiga kata itu sukses membuat Devi terkejut. Bahkan wanita itu menggenggam tangan Hujan dan menatapnya lamat. Seakan mencari kebohongan di dalam kalimatnya. Namun Devi tak menemukan demikian.

"Aku dan mas Awan udah gak ada lagi kecocokan. Makin hari masalah kami kian bertambah dan kami berdua udah gak bisa lagi sebab sudah memiliki tujuan hidup yang berbeda." kepala Hujan menunduk dia tau perkataannya ini telah membuat Devi syok bukan main.

Tetapi Hujan tak mungkin menyembunyikannya secara terus menerus.

"Yakin hanya itu? Bukan karena orang ketiga?"

Kepala Hujan terangkat, matanya mengerjap usai kalimat terakhir terlontar dari bibir ibunya. Detik berikutnya kepala Hujan menggeleng.

"Gak, Bu. Mas Awan tipe pria setia." kilahnya meneguk ludah, lagi dan lagi Hujan kembali menabur dusta.

"Tidak usah bohong. Ibu udah tau semuanya."

"Apa?!" tentu saja Hujan terkejut. Netranya meminta penjelasan untuk apa yang Devi katakan.

"Seminggu lalu suamimu datang. Di sana dia mengaku sudah memiliki istri lain yang sedang hamil tua. Pertama kali mendengarnya, ibu gemetar," akunya menatap Hujan yang nampak kehabisan kata.

"Ibu bahkan minta untuk cerain kamu, tapi suamimu itu masih ada keinginan untuk mempertahankan rumahtangga kalian. Akhirnya Ibu serahkan semuanya sama kamu." tandasnya memejamkan mata saat kelopak matanya terasa berat.

"Bu..." Hujan menahan tangisnya, tak menyangka ternyata Awan sudah memberitahukan rahasia itu. Bahkan tanpa ada perundingan, padahal mati-matian Hujan memastikan agar masalah ini tidak sampai ke telinga ibunya.

Devi pun ikut menangis, dibawanya tubuh anaknya itu dalam pelukan lalu membisikkan kata-kata penenang.

"Harusnya dari awal kamu jujur sama Ibu. Kalo gini Ibu jadi gak berguna jadi orang tua."

"Gak, Bu. Hujan gak bilang karena gak mau bebanin Ibu. Selagi aku bisa tanganin masalah pribadi aku, maka aku akan diam." sela Hujan melepas pelukannya lalu mengusap airmata ibunya.

"Yang perlu dipikirin adalah kesehatan Ibu. Biar urusan ini aku dan mas Awan yang selesaiin."

Devi tak lagi berkomentar banyak selain menidurkan tubuhnya.

Menatap ibunya prihatin, Hujan mengusap airmatanya lalu meraih ponselnya. Dia akan menelpon Oci yang kebetulan berprofesi sebagai pengacara.

💍💍💍


Kia menatap suaminya itu sedih, sejak Hujan meninggalkan rumah seminggu lalu, Awan terlihat banyak melamun.

Biasanya bila mereka berdua tengah duduk berdua, maka tak sedikitpun Awan mengabaikannya. Tapi sekarang, pria itu lebih banyak diam akhir-akhir ini.

(,) sebelum (.)Where stories live. Discover now