💍15

10.2K 984 218
                                    

Berjalan pelan menelusuri rumahnya yang sepi, Awan menghela napas kemudian menaruh tasnya di atas sofa ruang tamu.

Jam sudah menunjukkan waktu tengah malam, dan sekali lagi Awan melewatkan waktu untuk bersama anaknya. Maka dari itu, langkah kakinya berjalan menghampiri kamar tak jauh dari bawah tangga.

Awan sengaja menempatkannya di lantai satu mengingat anaknya begitu aktif bergerak ke sana-kemari.

Membuka pelan pintu kamar anaknya, Awan berjalan masuk. Aroma khas balita serta kamar yang bercahaya temaram. Meski begitu, Awan masih bisa melihat siluet sang putra dengan tubuh yang tertutupi selimut motif avangers.

Awan duduk di sisi kasur, perlahan tangannya bergerak mengelus surai hitam lebat anaknya. Alih-alih terganggu, sang anak justru kian nyaman.

Butuh beberapa saat bagi Awan bermain dengan pikirannya. Sebelum kemudian berbisik di tengah kesunyian.

"Glen, Papa rindu mama kamu."

Selalu seperti ini. Awan hanya bisa jujur kepada perasaannya bila Glen sudah terbang ke alam mimpi. Selebihnya, Awan hanya menjalani rutinitasnya sebagai ayah dan juga bos bagi perusahaan.

Dia benar, Awan amat merindukan sosoknya yang kini sudah tidak ada di sisinya lagi.

Beribu kata maaf terucap dari sudut hati Awan untuk putri semata wayangnya, sebab menyadari kurangnya waktu untuk sang anak.

Usai melabuhkan ciuman di dahi sang anak, Awan beranjak pergi ke kamar yang terletak tepat di sebelah sang anak. Membuka satu persatu kancing kemejanya, disusul celana bahan berwarna hitamnya.

Sejenak Awan menatap pantulan dirinya dalam cermin. Menilik replikanya sembari menilai dirinya sendiri.

"Apa yang harus aku lakukan, Kia?" tanyanya pada diri sendiri.

💍💍💍

Hujan mengamati kesibukan para karyawan Zendar pun begitu Bintang yang juga berdiri di sampingnya.

"Jadi, Pak Awan mau luncurin barang keluaran terbaru. Denger-denger juga lagi nyari model untuk barang yang akan di promosiin nanti." celetuk Bintang setelah menjadi pengamat.

"Wihh, berarti kantor kita bakal kedatangan model dong." sahut Hujan antusias.

"Kayaknya." bersamaan balasan Bintang, sosok Khatulistiwa muncul disertai wajah songongnya.

"Tebak, siapa yang bakal jadi model laki-lakinya nanti." katanya dengan nada dibuat penasaran.

Baik Hujan maupun Bintang kompak membuat ekspresi berpikir.

"Aliando."

"Jungkook."

Kedua perempuan itu saling bertatapan, setelahnya tertawa bersama sedangkan Khatulistiwa menyugar rambutnya ke belakang. Auranya kian bertambah, menjadikan beberap karyawan perempuan melirik pria itu diam-diam.

"Hohoho, bukan Aliando atau si Jongkok. Tapi gue, Khatulistiwa."

"Lah, emang bisa? Lo kan manager." timpal Bintang sedikit tidak percaya. Sementara Hujan hanya menjadi pendengar.

"Yeee, tanya aja si Dian. Dia sendiri yang ngasih info ini ke gue."

"Pengen liat muka Bang Katu di baleho atau tv." seloroh Hujan menjadikan Khatulistiwa mendekatinya kemudian merangkul bahunya.

(,) sebelum (.)Where stories live. Discover now