💍20

9.8K 857 120
                                    

Langit Jakarta hari ini nampak bersahabat. Hal yang membuat Khatulistiwa memanfaatkan momen tersebut untuk mengajak Hujan piknik di hari weekend.

"Tapi kan gak sesuai."

Pagi itu Hujan protes lantaran Khatulistiwa tidak menginginkannya bersepeda dengan dalih takut Hujan jatuh dan berakhir terluka.

Di sisi lain, Khatulistiwa mengaruk tengkuknya. Kata Bintang, bila ingin menunjukkan perasaan cinta maka kita harus mulai dengan memberikan sebuah perhatian kecil.

Tapi sepertinya, langkahnya kali ini malah membuat Hujan ngambek padanya.

"Tapi naik sepedanya dekat-dekat aku aja, ya. Biar aku awasin." pungkasnya mengamati Hujan menata satu persatu barang bawaan mereka.

Kepalanya mendongak lalu mengangguk semangat. "Okeh."

Khatulistiwa yang merasa gemas, kontan menyamakan posisinya dengan Hujan lalu mencium pipinya.

"Kok aku ngerasa, kadar cinta aku makin bertambah ya? Persennya tiap hari nambah." imbuh Khatulistiwa mengelus bawah dagunya seduktif.

Hujan mencebik, tapi tak urung kedua pipinya memanas. Begini rasanya dicintai oleh seseorang. Hujan merasa begitu berharga.

"Te amo."

Lagi dan lagi Khatulistiwa mengucapkan kalimat tersebut. Hujan menatapnya lamat lalu berdehem singkat.

"Nih makan."

Tau bahwa Hujan sedang mengalihkan pembahasan, Khatulistiwa terkekeh. Dengan senang hati ia menerima uluran roti bakar yang Hujan buat lalu melahapnya.

"Aku naik sepeda dulu." ujar Hujan menunjuk tempat sewa sepeda yang di bandrol 25 ribu selama sejam. Khatulistiwa mengangguk, di sela kunyahannya dia mengamati aktivitas wanitanya. Sejenak Khatulistiwa berhenti mengunyah, entah mengapa melihat senyum cerah Hujan jauh lebih menyenangkan dibanding yang lain.

Khatulistiwa serius dengan ucapannya, bahwa kadar cintanya kian bertambah hingga Khatulistiwa sulit untuk mengontrolnya.

Berharap perasaannya ini tidak akan menyusahkan Hujan di kemudian hari.

Brukh!

Khatulistiwa mengerjap dan tersadar dari lamunannya begitu suara cukup nyaring mengambil atensinya.

Menatap sumber suara, Khatulistiwa cepat bangkit saat menyadari bahwa si pengambil atensi adalah Hujan.

"Pokoknya, bila terjadi sesuatu kamu harus bertanggung jawab."

Suara bass seseorang menyambut Khatulistiwa. Pandangannya turun menatap Hujan yang berusaha bangkit dari jatuhnya.

"Rain."

Hujan mendongak, wajah sayunya menyebabkan Khatulistiwa segera membantunya berdiri. Kini Khatulistiwa beralih pada pria yang memarahi Hujan beberapa saat lalu. Kepalanya menunduk lantaran yang dia hadapi adalah bos nya sendiri.

"Dia sudah menabrak Glen." Awan menunjuk Hujan yang sekarang ini tengah meringis. Tatapan wanita itu berganti pada anak Awan yang menangis dalam gendongan sang ayah.

Tadi ketika Hujan tengah menikmati kegiatannya, tiba-tiba saja anak kecil itu berlari ke arahnya. Hujan tentu terkejut, dia berhasil menghindar meski usahanya sia-sia lantaran sepeda sewaannya berhasil menyerempet tubuh bocah tersebut.

Alhasil terciptalah insiden.

Awan berlalu sambil menangkan Glen yang masih menangis. Hujan menggigit bibir, perasaan bersalah serta khawatir menyeruak dalam hatinya.

(,) sebelum (.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang