💍29

8.3K 821 112
                                    

Hujan tidak menyangka bahwa statusnya yang seorang janda selama lebih dari dua tahun bisa terlepas juga.

Gaun putih melekat pas di tubuhnya, Hujan ingat ini adalah baju yang sama saat dirinya fitting baju sebelum kepergiannya. Dia sudah berubah menjadi istri orang sejak 5 menit lalu, dan kini tiba saatnya dirinya dijemput untuk dibawa ke pelaminan bersama Khatulistiwa.

Meski pernah berada di posisi sama, nyatanya Hujan masih merasakan gugup luar biasa. Dirinya berusaha menenangkan jemari tangannya yang bergetar bertepatan pintu diketuk dari luar.

"Ayo, saatnya kita turun."

Hujan mengangguk kemudian berjalan anggun mengikuti dua orang yang menuntunnya ke ballroom hotel tempat pernikahan dilaksanakan.

Kehadirannya di sana tentu untuk memantik perhatian orang-orang menatap penuh padanya. Iringan merdu dari piano menuntun langkah Hujan menuju atas pelaminan yang sudah ada Khatulistiwa turun untuk menjemput bidadarinya.

Senyumnya tercipta sempurna saat tangan lembut itu menyambut uluran tangannya. "Nyonya Khatulistiwa." bisiknya menggoda.

Hujan melotot lengkap dengan wajah yang memerah malu. Seketika dia mengalihkan pandangannya, tidak ingin menatap Khatulistiwa.

"Dan seperti yang kita lihat, pengantin perempuan nampak cantik dan anggun. Tepat beberapa menit lalu, pengantin wanita bernama Pelangi Hujan sudah resmi menjadi istri dari Khatulistiwa Galaxi. Beri tepuk tangan untuk pasangan serasi kita hari ini!!"

Tepat sang MC menyelesaikan kalimatnya, gemuruh tepuk tangan terdengar menggema. Hujan menatap sekitarnya, merasa tidak percaya tentang apa yang terjadi.

Pernikahan yang direncanakan beberapa bulan lalu, ternyata tetap terjadi. Tanggalnya tidak ada yang berubah, semuanya berjalan sesuai rencana mereka sebelum Hujan memutuskan menyerah dan pergi meninggalkan segalanya di kota ini.

"Cantik banget. Bidadari dari mana sih ini?" bisikan Khatulistiwa menarik Hujan dari pikirannya. Wanita itu menoleh padanya, sedetik kemudian mencubit gemas pinggang pria itu.

"Yang jelas bidadarinya bukan dari langit." balas Hujan sengit.

Khatulistiwa mengulas senyum dan cepat mencium pipi istrinya. "Iya bukan dari langit, tapi dari surga."

Hujan melotot, baru saja mau menanggapi, para tamu mulai naik ke atas panggung memberi selamat. Sepasang pasutri itu segera bangkti menyalami tamu-tamu yang didominasi oleh teman-teman Khatulistiwa.

Adapun masing-masing keluarga mempelai, masih sibuk bercengkerama.

Sementara itu dari kejauhan, seseorang yang memiliki manik tajam, tak hentinya menyorot dingin pasangan baru di sana. Tangan yang sedari tadi memegang gelas berisi minuman, diremasnya erat bercampur gemerlatuk gigi yang menandakan betapa kesalnya dirinya sekarang ini.

"Pak Awan, Anda tidak naik ke atas?" salah seorang pria setengah abad bertanya padanya.

"Nanti." jawabnya meneguk kasar minuman di tangannya.

"Mereka sangat serasi bukan? Ku dengar istrinya sebelumnya adalah seorang janda. Tapi melihat ketulusan keduanya, status tak jadi masalah." ungkapnya terdengar kagum. Awan tanpa sadar berdecak, kegondokannya kian bertambah.

Netranya lalu bergulir pada seorang perempuan yang berjalan naik menuju panggung. Kobaran api di dada Awan semakin bertambah.

Dia tidak menyangka akan dikhianti wanita lemah itu. Awan tidak akan melepaskannya, dia harus memberinya pelajaran.

"Kalo aku udah gak ada di samping kamu, tolong tetap jadi Mas Awan yang aku kenal. Jangan berubah,"

"Mas, kalo kamu cinta aku kenapa foto mba Hujan masih Mas simpan?"

"Aku stres, memikirkan nasib mba Hujan di luaran sana. Dia hidup seorang diri."

Sekelabat ucapan Kia dulu merengsek masuk dalam otaknya. Awan menghela napas dan dengan langkah ringan mendekati panggung. Sebelum itu dirinya menaruh gelas kosong di atas meja sebelum kembali melanjutkan langkahnya.

"Maaf Kia, apa yang tidak ku lakukan dulu, maka di masa kini Mas akan melakukannya. Tidak peduli bila jalan yang Mas ambil akan merugikan banyak pihak..."

Satu persatu anak tangga Awan naiki, dengan pandangan menjurus ke depan. Sebelum itu ia menyalami orang tua pendamping Khatulistiwa.

".... Karena dari awal dia adalah milik Mas. Meski Mas terlambat menyadarinya."

Giliran kedua pengantin yang Awan salami. Riak terkejut tentu Awan tangkap di wajah mantan istrinya, sebelum kemudian memberi ucapan selamat palsu pada keduanya. Khatulistiwa yang sudah mengetahui peran Awan di masa lalu Hujan berusaha bersikap tenang. Kendati demikian, Khatulistiwa tetap berlagak  seperti tidak terjadi apa-apa.

Tiba giliran Hujan, Awan sengaja meremas tangan kecil wanita itu. Entah apa maksudnya, namun tindakannya berhasil membuat Hujan takut.

💍💍💍

"P-Pakhh..." suara parau seorang wanita terdengar begitu pilu di lorong hotel yang jarang dilewati.

Dia adalah Bintang yang sekarang ini berusaha menghirup oksigen di saat lehernya dicengkram erat.

"Siapa lo berani bermain sama gue, hem? Lo udah langgar perjanjian, dan gue gak suka." desisnya tepat di wajah pucat Bintang. Tak sedikitpun dia memberi jalan bagi wanita itu menghirup udara, rasa kesalnya belum reda dengan apa yang terjadi hari ini.

"Lo emang gak guna." tuturnya tajam dan tanpa perasaan menghempaskan tubuh ringkih itu ke lantai. Tidak berhenti di sana, tendangan juga ia layangkan pada tubuhnya mengabaikan rintihan penuh permohonan.

"Pak Awan, anak saya." pintanya meminta belas kasih, akan tetapi sosok bos-nya itu sudah seperti dirasuki iblis. Dia seolah menulikan pendengarannya dan tetap melanjutkan kegiatannya.

Setelah rasa kesalnya sedikit padam, Awan meludahi wanita itu. "Jangan muncul dihadapan gue atau kalian berdua gue habisi."

Bintang hanya mampu menangis sambil tangannya memegang perutnya. Tubuhnya sakit, tendangan Awan tidak main-main. Pria itu seakan mengeluarkan seluruh tenaga dalamnya.

💍💍💍

Satu kata untuk Awan?

Satu kata untuk Bintang?

Satu kata untuk pengantin baru kita?

Gimana untuk part ini?

Pada gak lupa alur kan?

Mianhae...

Moga kalian gak bosan nunggu updet-an cerita ini.

Sampai jumpa di part selanjutnya.

Sayang ReLuvi banyak2😘😘

(,) sebelum (.)Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα