💍13

9.5K 908 112
                                    

Seperti dugaan Bintang tempo hari, Awan kini berstatus sebagai atasan Hujan. Entah bagaimana pria itu bisa meng akuisisi Zendar padahal setaunya perusahaan Awan termasuk perusahaan besar.

Seharusnya Awan fokus saja pada kantor utamanya dibanding mengurusi perusahan yang tidak dibilang besar juga tidak dibilang kecil.

Selesai membersihkan area kantor seperti biasanya, Hujan kini berkutat di dapur untuk membuatkan Khatulistiwa kopi. Meski pria itu tak memintanya langsung namun Hujan juga harus melakukannya sebagai tanda terimakasih atas ajakannya kemarin.

Setelah beberapa menit, Hujan keluar dari sana dan menyapa Bintang yang sedang selonjoran. Bulir keringat masih menempel di dahinya.

"Gue ke ruangan Bang katu dulu ya. Anterin ini."

Bintang mengangguk di sela mengipasi dirinya yang kegerahan.

Dengan nampan di tangan, Hujan berjalan menuju ruangan Khatulistiwa yang berada di lantai dua. Di sela dia menaiki tangga, Hujan malah berpapasan dengan Awan yang berjalan berdampingan dengan sekretarisnya. Agaknya yang dikatakan Bintang tempo hari memang benar.

Lihat saja, betapa mesranya Awan merangkul bahunya menjadikan sosok yang tak lain Dian itu segera melepasnya sebab menyadari kehadiran Hujan. Padahal Awan biasa saja atau tidak peduli pada office girl itu.

"Mau dibawa ke mana tuh kopi, Jan?" tanya Dina begitu mereka berpapasan di tangga sekaligus mau berbasa-basi.

"Ke ruangan pak Khatulistiwa, Mba." jawab Hujan sambil tersenyum.

"Tumben dianterin? Biasanya pak Khatulistiwa turun sendiri minta." seloroh Dian.

"Emm, dibanding beliau turun lebih baik saya mengantarkannya langsung, Mba."

Dian yang mendengarnya menyipitkan mata, sebentar kemudian mengangguk.

"Oke. Duluan, ya."

Hujan menepi memberi jalan pada dua orang itu. Dikarenakan kondisi tangga yang tidak terlalu lebar, alhasil Awan berjalan di belakang Dian.

Baru ingin melanjutkan langkahnya, badan Hujan malah ke senggol menyebabkan isi dalam cangkir itu bergoyang dan berakhir isinya keluar. Beruntung tidak sampai jatuh.

"Maaf, saya tidak liat. Tolong segera dibersihkan lantainya, jangan sampai ada orang yang terpeleset." ujar Awan berlalu menyusul Dian.

Hujan memejamkan mata kemudian turun kembali mengambil pel.

💍💍💍

"Fokus bener." suara Khatulistiwa membuat Hujan yang asik menonton video dari ponselnya, seketika mengangkat kepalanya.

"Bang Katu kok di sini? Bukannya belum jam istirahat, ya?" tanyanya sambil men-pause videonya.

"Mau ngembaliin cangkir aja," jawab Khatulistiwa menunjukkan cangkir putih yang tadi pagi diantar Hujan ke ruangannya.

"Loh, maunya Bang Khatulistiwa telpon aku aja." tergambar perasaan bersalah di wajah manis itu, Khatulistiwa mengulum senyum.

"Gak papa. Lagian kerjaan Abang udah beres. Toh, 10 menit lagi istirahat." Khatulistiwa mengangkat bahunya dan ikut duduk di samping Hujan setelah sebelumnya menaruh cangkir kopinya di wastafel.

"Bintang mana?"

"Katanya sih ke toilet." jawab Hujan sembari memperbaiki kunciran rambutnya. Tingkahnya tak luput dari netra coklat Khatulistiwa, tanpa sadar pria itu mencetuskan beberapa kalimat yang membuat Hujan menghentikan gerakan tangannya.

(,) sebelum (.)Where stories live. Discover now