💍26

8.4K 947 130
                                    

Hujan menatap butik di depannya sangsi. Pasalnya, butik yang mereka datangi merupakan butik terkenal yang namanya sudah tidak asing di kota ini.

"Bang, ini serius kita fitting baju di sini?" pertanyaan sarat akan keraguan itu terlontar.

Khatulistiwa yang sedang melepas seatbel-nya menoleh, kepalanya mengangguk mantap. "Kamu gak ada masalah kan?"

Hujan segera menggeleng, bukan tokonya yang masalah buatnya. Tetapi harga yang pastinya akan merogoh kocek dalam.

"Gak usah khawatirin apapun. Kan udah Abang bilang, Abang bakal urusin semuanya." ujar Khatulistiwa menggenggam tangan Hujan.

Hujan menghembuskan napas pendek, usai pembicaraan mereka sebulan lalu. Khatulistiwa segera menyiapkan semuanya. Mulai dari undangan, dekor, bahkan sekarang baju pernikahan.

Sempat Hujan menawarkan untuk membantu, toh tabungannya masih utuh. Tetapi dengan keras Khatulistiwa menolak usulannya.

"Yuk keluar." ajaknya yang Hujan tanggapi dengan anggukan.

Keduanya masuk ke dalam toko. Dan benar saja tebakan Hujan. Sederet gaun elegan nan mewah sudah menyambutnya begitu masuk.

"Pak Khatulistiwa. Saya tidak menyangka bahwa hari ini Anda akan membawa seorang gadis kemari." sang pemilik toko menyambut ramah. Sepertinya Khatulistiwa dan si pemilik toko sudah saling mengenal baik.

Dan apa katanya tadi?

Gadis?

Andai wanita cantik itu tau, bahwa Khatulistiwa akan mempersunting seorang janda.

"Sudah waktunya juga. Kebetulan udah dapet. Jadi sebelum diambil orang, saya harus mengikatnya." pungkasnya mengedipkan satu matanya jenaka.

Sang pemilik toko hanya tertawa lalu beralih kepada Hujan yang hanya menyimak sedari tadi.

"Mari." ajaknya menuntun Hujan masuk ke dalam salah satu ruangan khusus. Khatulistiwa menunggu sambil bermain ponsel.

15 menit kemudian Hujan keluar dengan anggunnya. Khatulistiwa yang menyadarinya, mengangkat kepalanya. Dirinya termangu melihat tubuh mungil itu terbalut oleh gaun putih yang sangat cocok di tubuhnya.

Dan untungnya gaun tersebut tidak terbuka. Cukup sopan menutup bahu.

"Cantiknya." gumamnya berdiri menghampiri Hujan yang sekarang salah tingkah.

"Gimana, Bang?" tanyanya sangsi.

Bukannya menjawab, Khatulistiwa malah menghidupkan kamera ponselnya lalu mengambil beberapa gambar Hujan yang tidak siap untuk di foto. Ekspresi melongonya begitu menggemaskan di mata Khatulistiwa.

"Cantik banget. Cocok. Cinta Abang bisa overdosis kalo gini." katanya mengaruk tengkuknya. Agaknya bukan hanya Hujan yang salah tingkah melainkan Khatulistiwa juga.

"Udah klop?" wanita tadi keluar sambil bertanya. Khatulistiwa dan Hujan kompak menoleh.

"Iya, untuk saya ini udah bagus. Tapi gak tau di Rain-nya." tutur Khatulistiwa menatap Hujan yang kini menunduk menatap gaun putih itu.

"Aku suka. Ini aja."

Akhirnya fitting baju Hujan selesai juga. Pun Khatulistiwa demikian.

"Kamu istirahat ya, abis ini. Abang ada urusan." katanya saat mobil Khatulistiwa berhenti di depan rumah Hujan.

"Iya. Abang juga hati-hati." balasnya meski sedikit heran saat menangkap adanya ekspresi khawatir di wajah Khatulistiwa. Ingin bertanya, tetapi Hujan sungkan.

(,) sebelum (.)Where stories live. Discover now