💍07

8.8K 894 156
                                    

Hari ini Hujan tengah bersiap untuk menghadiri salah satu pesta kolega suaminya. Hujan tampil menawan dengan dress panjang mengembang berwarna peach. Wanita itu mengoles lipstik berwarna pink sebagai sentuhan terakhir.

Dirasa sudah cukup beres, Hujan keluar. Tepat di ruang tamu sosok Awan terlihat sedang memangku Kia.

"Pokoknya balik cepet. Aku gak suka tinggal sendirian di rumah."

Rengekan Kia terdengar setelah Hujan menuruni anak tangga. Kehadirannya pun disadari oleh dua orang itu.

"Wahh, Kak Hujan cantik banget. Yakin deh di sana pasti banyak yang terpikat sama Kak Hujan." pekik Kia bangkit dari pangkuan Awan dan menghampirinya. Binar kagum tak lepas dari matanya membuat Hujan tertawa kecil.

"Makasih. Janji bakal balik cepet. Kamu hati-hati di rumah. Oke?"

Kia mengangguk, setelah memberi wejangan singkat, Hujan menghampiri Awan yang sedari tadi mengamati interaksi keduanya.

Keduanya berlalu meninggakan rumah.

💍💍💍

Suasana nampak ramai. Maklum hari ini teman kolega suaminya baru menambah umur.

Acara sudah berjalan sejak 30 menit dan Hujan saat ini sedang mengobrol bersama para istri yang ditinggal suaminya untuk berbincang.

"Hu'um kaget banget. Tau-tau udah jebol, ya udah diterima aja. Terlanjur juga." tutur perempuan bergaun hitam sambil mengelus perut ratanya.

Baik Hujan maupun yang lain saling memberikan ucapan selamat.

"Mba Hujan aja nih. Ditunggu banget loh." kali ini pembicaraan mengarah kepadanya.

Tak ada yang bisa Hujan lakukan selain meminta doa yang tentunya segera diamini.

"Pokoknya harus usaha, takutnya suami jajan di luar. Hih, amit-amit deh."

"Hooh, tetangga aku gak hamil. Padahal nikah udah 3 tahun, eh suaminya malah jajan di luar. Terus selingkuhannya hamil. Di cerain lah si istri sah demi pelakor yang berbadan dua." seloroh yang lainnya tanpa menyadari gurat mendung di wajah Hujan.

Sebenarnya posisi Hujan sama dengan tetangga yang mereka maksud, namun bedanya Hujan tidak berujung diceraikan.

"Aku ke toilet dulu." pamit Hujan merasakan kandung kemihnya seakan penuh. Sebenarnya sudah sedari tadi dia menahannya, akan tetapi tidak enak meninggalkan perbincangan.

Usai mendapat anggukan persetujuan, Hujan berjalan ke arah toilet yang sebelumnya sudah ia tanyakan tata letaknya pada pegawai hotel.

Setelah mengeluarkan hajatnya secara lega Hujan meraih knop pintu. Tapi gerakannya terhenti saat telinganya menangkap suara tak asing di telinganya.

"Iya, Mas bakalan balik. Sejam lagi Mas di sini gak enak sama pak Zio kalo udah pulang cepet."

"Humm, aku kesepian Mas. Anak kita dari tadi gak mau diem."

Awan tersenyum riang ketika Kia mengarahkan kamera ponsel ke perutnya.

"Sabar, ya." ujar Awan tersenyum lembut.

Dibalik pintu Hujan turut tersenyum bahagia. Cukup mendengar nada bahagia Awan sudah lebih dari cukup.

"Emm, Mas. Tadi aku gak sengaja nemuin surat gugatan perceraian. Mas mau nyerain kak Hujan?"

(,) sebelum (.)Where stories live. Discover now