💍05

8.4K 723 113
                                    

"Bunda udah baik, nak." sahut Devi lantaran Hujan terus menerus menanyakan perkembangannya.

"Tapi kan kesehatan Bunda kadang masih suka menurun. Masa mau balik aja."

"Rain benar, Bun. Setidaknya di sini Bunda udah terjamin." seloroh Awan yang berdiri di sisi brankar berlawanan dengan Hujan.

Devi menghela napas pendek. Kedua anaknya sangat protektif terhadap kesehatannya. Padahal Devi sudah cukup bosan tinggal di sini. Dia ingin pulang.

Pedebatan alot ini akhirnya dimenangkan oleh Hujan dan Awan. Awan berpamitan pulang sementara Hujan memilih menemani sang ibu yang tidak ingin jauh-jauh darinya.

"Kamu kenapa, nak? Coba bicara sama Bunda."

Hujan yang sedang mengupas apel mengangkat kepalanya dengan kedua alis nyaris menyatu.

"Maksudnya Bunda? Hujan gak ngerti." akunya kembali melanjutkan kegiatannya.

"Bunda liat kamu kek ada berubah gitu. Dari wajah kamu yang hilang binarnya Bunda tau ada sesuatu." ujar Devi tepat sasaran akan tetapi Hujan begitu piawai menyembunyikan segala perasaannya. Baginya urusan rumahtangganya tidak boleh Hujan bagi meskipun itu kepada bundanya sekalipun.

Takut kesehatannya menurun.

"Gak ada Bunda. Namanya juga rumahtangga ada aja dramanya. Tapi Hujan bersyukur ada mas Awan yang selalu bersikap dewasa ketika menyikapi masalah." tutur Hujan memberikan piring berisi apel hasil potongannya.

Devi menerimanya kemudian memakannya. Dia tak melanjutkan lagi pembicaraan. Tentunya Devi mengerti Hujan tidak ingin berbagi. Cukup tau watak sang anak yang sukar membagi masalahnya sekalipun Devi sendiri.

"Moga segera isi, ya. Kalo ada anak diantara kalian, pasti hubungan kalian tambah erat. Bunda ingatin jangan lupa berdoa serta usaha. Kadang Bunda khawatir, di saat belum liat kamu gendong anak Bunda tutup umur."

"Bunda gak usah ngomong gitu. Ini juga lagi usaha kok. Mungkin takdir Hujan yang belum dikaruniai anak." timpal Hujan. Segalanya akan ia tutupi, termasuk masalah yang menjadi obrolan mereka.

Bagi Hujan, kisahnya biar ia saja yang baca. Tak akan Hujan biarkan orang lain ikut membacanya.

💍💍💍

Hujan pulang setelah semalam berada di rumah sakit. Ia meringis sakit ketika melangkah. Tadi saat perjalanan pulang, Hujan mengalami kecelakaan. Gojek yang tumpanginya di sambar kendaraan lain dan berakhir kaki Hujan serta pelipisnya robek.

Memasuki rumah, Hujan langsung disambut pekikan heboh ART-nya yang baru keluar dari dapur.

"Astaga Non Hujan!" bibi langsung membopong tubuh Hujan menuju sofa ruang tamu.

"Ya Allah Non, ini kok gini?" tanyanya berlalu mengambil kotak P3K yang terletak di laci tv tidak jauh dari posisi Hujan saat ini.

"Kecelakaan kecil, Bi. Emm, mas Awan sama Kia gak ada ya?" tanyanya setelah tak melihat kehadiran dua orang itu di mana-mana.

Bibi kembali mendekati Hujan, mimik mukanya sulit untuk menjelaskan. "Tadi tuan ama Kia, keluar Non. Katanya mau swep foto-foto gitu selama kehamilan. Mungkin bentar lagi mereka balik."

Hujan ber oh ria lalu tak lama meringis saat bibi mulai membersihkan lukanya pada betisnya.

"Tahan ya, Non."

Beberapa menit dihiasi keheningan, akhirnya bibi selesai mengobati luka Hujan. Sebagai penutup, ada plester serta perban yang digunakan untuk bagian yang terluka.

(,) sebelum (.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang