🌧03. Tantangan waktu lalu🌧

6.5K 465 18
                                    

Orang yang paling kencang tertawa, enggak menjamin hidupnya juga paling bahagia.

Kembali pada masa ketika hubungan atas dasar keterpaksaan dan niat ingin membantu ini terjalin

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Kembali pada masa ketika hubungan atas dasar keterpaksaan dan niat ingin membantu ini terjalin.

▄▄▄

FLASHBACK

Seano, pemuda dengan netra sedikit berkilat merah itu tersenyum miring. Tangannya menunjuk ke arah sosok pemuda yang sedang terlelap. Tepat di barisan bangku nomor 3, di dekat jendela.

Joshua yang merupakan teman sebangku Seano menggeleng ribut. "Jangan Bumi lah. Yang lain aja, kasian tuh anak ntar."

"Yaelah, dua bulan doang. Ntar kalau udah dua bulan juga putus, santai aja kali," balas Seano. Yang saat ini tengah melipat tangan di depan dada sembari menatap ke arah Amara. "Buruan!"

"Lo mau me-eksperimen spesies kaya gue kalau disatuin sama si anteng Bumi jadi gimana? Lama banget anjir, dua bulan. Enggak bisa seminggu aja gitu?"

"Enggak. Pokoknya lo pacaran sama dia dua bulan atau setiap hari lo jajanin gue ama Jo!"

Amara mendengus, kemudian melangkah menghampiri bangku Joshua yang diisi oleh Bumi. Tidur si pemuda begitu lelap, separuh wajahnya yang terkena sinar mentari tak membuat anak itu terusik.

Amara berdesis, tangannya terangkat. Gadis itu menepuk-nepuk pundak Bumi, hingga suara dehaman berat milik anak itu mengudara.

"Bumi, bangun dulu bentaran bisa? Gue mau ngomong sama lo."

"Hhmm." Si pemuda hanya berdeham, tak membuka mata sama sekali. Yang Bumi lakukan hanya merubah posisi tidurnya yang semula sedikit merosot.

"Kebo banget, No! Jangan dia lah."

"Enggak! Harus dia pokoknya. Mau, duit lo gue palak setiap hari?"

Amara berakhir pasrah, dari pada uang sakunya yang tak seberapa diambil oleh Seano. Gadis itu mengambil duduk di samping Bumi, Amara ikut menelungkupkan wajah pada lipatan tangan, memiringkan kepala menatap Bumi yang masih terlelap.

"Bumi," bisiknya di dekat wajah si pemuda. Hingga napas Amara yang terasa hangat mampu menyambangi kulit terluar Bumi. "Pacaran, yuk!"

"Hm."

Amara membelalakkan kedua mata, gadis itu menegakkan tubuh. Lantas menatap Seano dan Joshua yang tengah menahan senyum di depan papan tulis sana.

"Dia bilang 'hm', No!"

"Tuh, orangnya aja mau." Seano terkikik, ditemani Joshua yang merangkul pundak lebar si pemuda.

"Hm, artinya lo mau?" tanya Amara. Gadis itu brutal sekali, tanpa permisi menarik tubuh Bumi hingga si pemuda menegakkan badan.

2. Hujan dan Rintiknya [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora