🌧45. Semua selesai(?)🌧

1.1K 114 37
                                    

Assalamu'alaikum, Hai aku kembali!

Gimana, udah melakukan hal baik di empat hari terakhir ini?

Hari ini enggak lagi sedih, kan? Jangan, ya. Simpan air matanya, orang hebat enggak boleh terlalu sering nangis. Oke? Semangat buat hari ini dan seterusnya!

Oke. Jadi, siap baca babnya?

Siap dibikin nyesek dan greget lagi?

Silahkan ramein kolom komentar kalau ada sesuatu yang mengganggu perasaan kalian. Dan terakhir saatnya mengucapkan, HAPPY READING buat kalian❤

❁🌧❁

Kiranya, kapan orang-orang menyadari kalau tidak harus berpunya agar mendapatkan hak untuk dihargai, dan tidak harus berfisik sempurna untuk ditatap sebagai manusia?

Kiranya, kapan orang-orang menyadari kalau tidak harus berpunya agar mendapatkan hak untuk dihargai, dan tidak harus berfisik sempurna untuk ditatap sebagai manusia?

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

"Skorsingnya berapa lama?"

"Seminggu." Seano mengisap rokoknya begitu nikmat. Laki-laki itu menoleh, menatap Jaraka yang beberapa detik lalu sempat berdecak.

"Kenapa lo? Mau?" Laki-laki berandal itu menyodorkan sebungkus, warna bungkusnya hitam dengan garis emas di bagian ujung. Tak kunjung diterima oleh Jaka, Seano tertawa mengejek. "Waktu lo jadi ketos aja gue enggak takut, apalagi sekarang. Cuma mantan ketos enggak bisa ngapa-ngapain gue."

"Lo ke sana deh, Jak. Biar gue ketekin nih bocah!" Mahendra sudah menyiapkan lengannya, laki-laki itu juga menatap sebal ke arah Seano.

"Lo kalau enggak terima sama hukumannya Jingga ya jangan dilampiasin ke gue, Anjir!" Seano bangkit, cepat-cepat anak itu berlari. Tubuhnya bersembunyi di balik tubuh Joshua.

"Berhenti ngerokok! Susah banget dibilangin!"

"Sebelum nyuruh gue untuk berhenti ngerokok, lo berhenti dulu ngestalking Jina! Bisa enggak?"

Suara langkah kaki tergesa terdengar hingga ke ruang musik. Fokus mereka semua teralih, berganti terarah kepada Sabiru yang membungkuk di depan pintu dengan napas ngos-ngossan.

"Kayanya setelah Bang Mahen, sekarang gantian lo yang suka lari-lari gitu kalo dapat berita hot."

"Ini berita bukan sekedar panas, tapi panas banget." Sabiru merajut langkah menghampiri kawan-kawannya. Pemuda itu kemudian duduk di samping Jaka.

Lantas setelahnya, Sabiru justru tertawa sendiri tanpa diketahui sebabnya oleh para anak muda itu. Seano menatap heran, sedikit merinding juga sejujurnya.

"Sinting nih orang."

"Heh, lo belum denger info apa yang bakal gue kasih tau. Diem deh lo!"

"Yee ... si paling lo!" Seano mencibir, kemudian kembali mengisap rokoknya. Lalu dengan iseng, pemuda itu meniupkan asapnya ke arah Joshua.

2. Hujan dan Rintiknya [END]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon