🌧56. Jangan berhenti hari ini!🌧

911 110 13
                                    

Kamu bukanlah penyakitmu. Kamu mempunyai kisah tersendiri untuk diceritakan. Kamu mempunyai nama, sejarah, kepribadian. Menjadi diri sendiri adalah bagian dari perjuangan.
-Julian Seifter-

"Pengecut kamu, Kirana! Buka pintunya atau saya hancurin pintu rumah kamu!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Pengecut kamu, Kirana! Buka pintunya atau saya hancurin pintu rumah kamu!"

Wanita itu menggigit jemarinya sendiri. Tak pernah Kirana sangka, pihak kepolisian yang dikerahkan oleh Anggara akan sebanyak itu. Perempuan itu menyentuh kepala, netranya terpejam dengan deru napas yang coba ia kontrol.

"Tenang, Kirana. Ayo berpikir! Fokus, Kirana."

"Bu Kirana, Tuan Muda Jenggala tidak ada di kamarnya. Anak kecil bernama Abi itu juga tidak ada."

Kirana dengan cepat menoleh, wanita itu menatap geram. "Bagaimana bisa? Kalian ini gimana sih ngejagainnya? Gimana dia bisa enggak ada di kamarnya? Cari Jenggala sekarang juga, periksa Laksa juga! Jangan sampai anak itu ikutan kabur!"

Kirana berlalu pergi, melangkah menuju kamarnya untuk mengecek CCTV. Wanita itu menghela kasar, di luar sudah penuh oleh pihak kepolisian. Sementara di ruangan lain, satu anak muda yang tersisa itu masih terbaring di lantai tak mampu bangkit.

Sejenak wanita itu tersenyum, menatap Bumi yang kesakitan membuatnya lebih bahagia. Perempuan itu melupakan Jenggala dan Abi yang entah menghilang ke mana. Fokus Kirana sepenuhnya tertuju kepada Bumi.

Wanita itu terkikik, perbuatannya berhasil membuat kemeja putih milik Sakti yang disiapkan olehnya untuk Bumi menjadi berubah warna. Bercak merah di mana-mana, bahkan si pemakai sendiri tengah kepayahan. Anak itu masih terbatuk dengan darah yang memenuhi mulut pasca disiksa habis-habisan oleh bawahan Kirana.

"Jangan mati dulu ya, Laksa. Tunggu sampai super hero kamu itu datang. Biar kamu bisa saya bakar di depan dia."

Pintu kamarnya diketuk, wanita itu menoleh. Senyumannya ikut menghilang.

"Bu, kami enggak menemukan Tuan Muda Jenggala di mana pun."

"Sialan dia! Gimana bisa kalian lepas pengawasan, kerjaan kalian itu ngapain aja, sih?! Saya cuma nyuruh jaga satu anak sama satu bayi aja enggak becus!"

Pria bertubuh kekar di hadapan Kirana itu menunduk. "Maaf, Bu-"

Belum sempat ucapannya dilanjutkan, suara sesuatu mirip tembakan terdengar. Kirana buru-buru melihat lewat CCTV, ia tatap satu per satu ruangannya yang dipasangi oleh CCTV.

Netranya memicing, diikuti dahinya yang mengernyit. Ada sesuatu yang terlihat oleh CCTV miliknya. Sebelum akhirnya kamera di ruangan itu gelap setelah diluncuri tembakan.

"Siapa orang itu?"

"Siapa orang itu?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
2. Hujan dan Rintiknya [END]Where stories live. Discover now