🌧39. Hujan bersama luka🌧

1.2K 125 18
                                    

Assalamu'alaikum, Hai aku kembali!

Gimana, udah melakukan hal baik di empat hari terakhir ini?

Hari ini enggak lagi sedih, kan? Jangan, ya. Simpan air matanya, orang hebat enggak boleh terlalu sering nangis. Oke? Semangat buat hari ini dan seterusnya!

Oke. Jadi, siap baca babnya?

Siap dibikin nyesek dan greget lagi?

Silahkan ramein kolom komentar kalau ada sesuatu yang mengganggu perasaan kalian. Dan terakhir saatnya mengucapkan, HAPPY READING buat kalian❤

❁🌧❁

Jangan khawatirkan orang-orang yang menjahatimu. Kamu perlu ingat satu hal, bahwa Tuhan menciptakan sesuatu yang umum kita sebut karma.

Jika di Victoria sana ada Amara yang kesulitan mencerna ucapan Jingga, maka di sini ada Jenggala yang kepayahan mencari tempat persembunyian

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

Jika di Victoria sana ada Amara yang kesulitan mencerna ucapan Jingga, maka di sini ada Jenggala yang kepayahan mencari tempat persembunyian. Laki-laki itu menyandarkan punggungnya pada dinding gang sempit yang ia hampiri. Senyumannya terkembang ketika netra tajam miliknya terpejam.

Deruan napas yang naik turun tak teratur sama sekali tak dihiraukan oleh Jenggala. Dia lebih merasa senang sebab bisa kabur dari rumahnya meski harus melalui drama pengejaran. Sebab ketika laki-laki itu sibuk menggeledah laci untuk mencari ponsel, kebohongannya dibongkar sendiri oleh Kirana.

Namun, kala itu alih-alih takut pada sang ibu, Jenggala justru memberi sambutan hangat sebelum berlari kabur dari rumah.

Sekarang, permasalahan laki-laki itu bertambah. Ini semua akibat dirinya yang tak tau arah ketika berlari tadi.

Bunyi benda yang terjatuh berhasil mengejutkan Jenggala, pemuda itu berjengit sebab terkejut.

"Jenggala?"

Kepala Jenggala menoleh. Tubuhnya yang masih lemas terasa membeku. Jantung laki-laki itu berdebar cepat melebihi ritme.

"Granetta?"

Netra Jenggala bergerak turun, turut menatap seorang bocah kecil yang wanita itu gandeng. Bahunya merosot, Jenggala berkaca-kaca.

2 orang yang biasanya hanya mampu dia lihat dari kejauhan, kini tanpa kesiapan sama sekali malah berdiri di hadapannya.

"Abi, ayo pergi!" Suara wanita itu nampak parau ketika mengudara. Sambil menarik lengan bocah kecil di sampingnya pelan, keduanya merajut langkah meninggalkan Jenggala.

"Gran, tunggu! Berhenti!" Jenggala melangkah tertatih, berusaha meraih lengan wanita bernama Granetta itu. Namun sayangnya, langkah si wanita lebih lebar dari dirinya.

"Abang baik! Ibu kita ketemu cama Abang baik!"

"Abang baik siapa? Dia orang jahat, Abi. Ayo kita pergi!"

2. Hujan dan Rintiknya [END]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن