🌧66. Terimakasih, Bumi🌧

1K 106 17
                                    

Seperti kata Bumi, semesta ini terlalu indah untuk ditinggal pergi, karena masih ada banyak puluhan orang baik di antara miliaran penjahat di dalamnya.

Amara mendongak, menatap sebuah pesawat yang melaju di langit sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Amara mendongak, menatap sebuah pesawat yang melaju di langit sana. Apakah itu Bumi yang pergi darinya? Atau pesawat lain?

Amara tersenyum sendu, kepalanya menunduk, menatap sebuah kotak kecil yang pemuda itu tinggalkan untuknya.

Amara membuka kotaknya pelan, memeriksa benda apa yang kata Bumi begitu spesial. Namun, belum resmi kotak itu terbuka, seorang pembantu datang menghampirinya.

"Mbak Amara dapat paket."

"Dari siapa, Bi?" Amara menerima kotak berukuran besar itu. Tutupnya transparan, karena itulah Amara bisa tau apa isinya. Ada sebuah boneka dan bunga aster di dalam sana.

"Pengirimnya pakai inisial, Mbak. Saya enggak tau jadinya. Saya permisi dulu, ya."

Amara mengangguk, kotak itu dirinya letakkan di samping tubuhnya. Sementara fokusnya kini tertuju kepada kotak kecil pemberian Bumi. Ada sebuah sticky note yang dilipat kecil, juga sebuah gelang dengan kepala kucing sebagai hiasannya.

Amara tersenyum. Ada inisial huruf B yang diukir di balik kepala kucing itu. "B? Bumi?" Gadis itu kemudian membuka sticky note yang terlipat kecil itu. Ada tulisan tangan Bumi di sana.

Suratnya ada di dada boneka ayam.

"Jadi hadiah yang ini juga dari dia? Kapan disiapinnya?"

Amara memakai gelang itu, membolak-balikkan telapak tangannya. Gelang itu nampak bagus di kulitnya yang putih bersih. "Apa harus gue foto terus gue tunjukin ke dia? Nanti aja deh."

Gadis itu kemudian beralih kepada kotak yang lebih besar. Di dalam kotak itu ada boneka berbentuk ayam, serta bunga aster yang nampaknya telah kering dan diawetkan.

Amara mengangkat boneka itu, mencari sebuah surat yang disisipkan oleh Bumi di sana. "Kamu gemes banget sih. Kaya papanya." Kertas itu terjatuh, ukurannya tak begitu besar. Amara meletakkan boneka yang dia pegang, kemudian mengambil kertas berwarna putih itu.

Saat Amara membukanya, gadis itu disambut oleh tanggal pembuatan surat yang rupanya telah disiapkan satu bulan lalu.

•••

Hai, Amara.

Maaf ya, datengnya kaya udah basi. Abis gimana, boneka ini harus PO dulu. Sebulan baru bisa sampai.

2. Hujan dan Rintiknya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang