🌧14. Bahu kokoh Ayah🌧

2.1K 219 10
                                    

🌧Assalamualaikum! 🌧
Salam hujan dari Bumi dan Amara!
Juga ... Siapkan tisu untuk baca bab ini.

Part 14. Spesial moment Bumi dan Ayah Arsen.

Selamat membaca, kalau ada typo boleh komen, ya.

Takdir adalah suatu hal yang sudah melekat dalam diri manusia sedari kecil

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

Takdir adalah suatu hal yang sudah melekat dalam diri manusia sedari kecil. Sebenarnya, alih-alih mengatakannya tak adil, alangkah lebih baik kita mensyukuri setiap takdir yang kita miliki. Hiduplah dengan baik bersama takdirmu, yakinilah Tuhan memiliki rencana yang lebih baik untukmu di masa depan. Itulah cara terbaik merasakan kebahagiaan.

 Itulah cara terbaik merasakan kebahagiaan

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

"Udah, enggak usah nangis. Jelek banget muka lo."

Joshua menghela kasar, mengusap pelan pundak Amara seraya menatap sendu ke arah ranjang. Di atas ranjang sendiri, Bumi terbaring, tertidur sangat pulas.

Seano mendekat, kemudian duduk di samping Bumi. Pemuda itu melepas jas almamater yang masih melekat di tubuh Bumi. Melepas dasi juga sepatu dan kaos kaki agar sahabatnya itu dapat terlelap dengan nyaman.

"Perkiraan gue nih anak nelennya kebanyakan. Tapi lo tenang aja, kadar alkoholnya kemungkinan rendah. Soalnya enggak berbusa keracunan orangnya."

Satu geplakan mendarat di tulang kering Seano, laki-laki itu meringis, melempar tendangan ke arah Joshua. "Sakit, Bego!"

"Ngomong sembarangan. Yang baik dikit kek mulut lo!"

Joshua menurunkan tangannya dari punggung Amara, tepat ketika Jenggala bersama 3 kawannya datang. Raut keempatnya nampak panik.

Atmosfer di kamar rumah sewa Seano berubah semakin dingin, terasa lebih mencekam ketika ternyata 4 pemuda itu membawa serta satu orang lainnya untuk datang melihat kondisi Bumi. Tatapan tajam langsung Seano lemparkan kepada Jenggala, namun laki-laki yang setahun lebih tua darinya itu justru bungkam. Nampak tak mampu memberi penjelasan kepadanya.

"Mana Bumi?"

"Om." Joshua bangkit, melangkah mendekati Arsen. Mahendra serta Jaka menepi, memberi ruang kepada Joshua agar anak itu bisa memberi penjelasan kepada ayah Bumi.

2. Hujan dan Rintiknya [END]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum