🌧12. Bintang yang berbeda🌧

2.3K 204 27
                                    

"Kapan saya ditatap sebagai manusia?"
-Laksana Bumi Amerta-

Tentu saja itu pertanyaannya, sebab selama ini para manusia sehat akal itu menganggapnya sebagai hewan peliharaan yang begitu takut pada majikan.

Silaunya mentari pagi ini tak mengusik Bumi sama sekali

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Silaunya mentari pagi ini tak mengusik Bumi sama sekali. Pemuda itu masih bertahan di sini, di sebuah ruangan penuh alat musik yang mengabadikan sosok Bintang pada sebuah potret.

Fotonya cukup besar, isinya adalah seluruh anggota klub musik yang berjejer rapi, tersenyum menatap kamera kecuali Bintang yang tak melakukan hal serupa. Kakak kembarnya itu tak tersenyum, rautnya hanya datar, tidak seperti anggota lain yang memasang senyuman secantik mungkin untuk dipamerkan kepada kamera.

Bumi terkekang dalam ruang hampa bermelodi pilu di dalam otaknya, ilusi yang ia ciptakan bukannya pudar justru kembali datang menyambut dirinya yang lagi-lagi merindu. Di dekat telinga, entah berada di mana saat ini sosoknya berada, suara tawa menggema.

Bumi berbalik, tubuhnya mundur beberapa langkah ketika lengan milik seseorang tak sengaja menyenggol dadanya. Lewat netra legam yang diam-diam dikagumi Amara, pemuda itu diam menatap seraya berdiri kaku.

Jantung Bumi berdesir cepat, lantaran terkejut sebab ada sosok Bintang dan Asya yang asik bercanda ria. Memperebutkan sebuah biola berwarna cokelat tua yang saat ini tergenggam di tangan si pemuda.

"Pendek, enggak bakalan nyampek jangan ngeyel!"

"Bintang, balikin enggak? Asya cuma mau main sebentar!"

"Percuma main. Lo enggak bisa lagian. Mendingan dengerin gue aja yang mainin biolanya."

Bumi tersenyum, seraya berangan seindah apa masa Bintang dan Asya dahulu kala. Tepatnya ketika dua sosok itu masih nyata. Bumi bertanya-tanya, di manakah tepatnya Bintang membawa tungkai itu berlari ketika Asya mengejarnya? Di manakah kiranya Bintang bersembunyi ketika gadis itu mengamuk karena ulahnya?

"Kenapa ilusi bisa seindah ini?" desisnya, namun kali ini Bumi tak turut andil. Pemuda itu hanya diam menatap, sampai suara langkah kaki lain masuk ke dalam ruangan.

Seseorang menepuk pundaknya, Bumi berbalik, berniat menatap sosok itu. Namun, belum sempat matanya melihat dengan jelas, sesuatu menghantam pelipisnya begitu keras.

Bumi tersungkur, penglihatannya buram. Yang ia lakukan hanya menarik napas pelan setelahnya, sebelum semua yang berusaha ia lihat berubah gelap.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
2. Hujan dan Rintiknya [END]Where stories live. Discover now