🌧57. Mau lari ke mana?🌧

978 116 24
                                    

Berdamai itu sulit, namun bukan berarti kamu tidak bisa mencobanya. Belajar untuk mengikhlaskan setiap hal buruk yang terjadi adalah seni paling baik untuk menyembuhkan luka diri.

Kirana tak bisa berpikir dengan tenang

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Kirana tak bisa berpikir dengan tenang. Sebab dirinya telah terkepung. Hampir semua anak buahnya telah dibekuk. Hanya tersisa dirinya sendiri, dua anak buah lain, seorang pembantu, dan dokter pribadinya.

Tertangkap dari CCTV yang ia lihat, bukan hanya polisi yang masuk ke dalam, ada Arsen dan anak sulungnya, serta dua remaja lain yang Kirana ingat adalah sahabat Jenggala.

"Kenapa mereka semua bisa semudah itu sih ngelawan semua keamanan yang aku buat?"

Pintu terbuka, wanita itu menoleh cepat. Dua orang bawahannya datang, mereka terengah. "Bu, anda harus segera pergi. Rumah ini sudah tidak aman untuk Bu Kirana. Hanya tersisa kita yang belum tertangkap."

"Lalu dokter pribadi saya, bagaimana dia sekarang?"

"Dokter itu aman, Bu. Kabar baiknya, dia juga sudah mengamankan anak yang Ibu culik itu saat coba untuk kabur. Sekarang Bu Kirana harus kabur, atau paling tidak, bersembunyi di tempat yang aman di rumah ini."

"Saudari Kirana, anda sudah terkepung. Cepat serahkan diri sebelum kami memberikan tembakan peringatan lagi."

Wanita itu frustrasi, tentu saja. Dia nyaris mengacak surainya sendiri. "Ke mana Giondra membawa dia?"

"Ke ruangan medis, Bu. Dokter Gio minta saya untuk ngasih tau Bu Kirana kalau remaja itu dibawa ke ruang medis sama Dokter Gio setelah dibuat pingsan lagi."

Kirana mengangguk mengerti. Wanita itu berhenti menggigit jemarinya. "Saya tau kita harus sembunyi di mana."

Seano membuka satu persatu kamar di rumah ini

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Seano membuka satu persatu kamar di rumah ini. Bersama Mahendra yang ikut dalam timnya, pemuda itu memeriksa seluruh kamar di lantai satu.

Mulutnya meluncurkan umpatan, Seano meremat kedua tangan. Pemuda itu kembali menghampiri Mahendra dengan emosi yang nyaris lepas.

2. Hujan dan Rintiknya [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora