Chapter 2

10.6K 301 35
                                    

Hinata kembali dibawa kedalam kamar menunggu pria yang membelinya tadi menjemput dirinya. Hinata menangis, tangisan pilu saat dirinya benar-benar telah diperjualbelikan untuk menjadi seorang jalang pemuas nafsu birahi pria itu.

Hinata terisak tubuhnya bergetar hebat. Apa yang harus Hinata lakukan sekarang? Mencoba kabur? Hinata tidak tau cara apa lagi yang harus ia lakukan agar berhasil kabur dari tempat terkutuk ini. Yang bisa ia lakukan sekarang adalah menangisi betapa sialnya hidupnya.

"Kami-sama.." Lirihnya pelan

Tolong katakan pada Hinata apa yang harus ia lakukan sekarang. Hinata tidak mau menjadi wanita yang akan memuaskan nafsu birahi pria itu. Hinata tidak mau menjadi seorang jalang, ia tidak mau sampai kapanpun tidak akan mau.

Hinata mendongakkan wajahnya menatap kosong kedepan. Amethys indahnya menelusuri tiap sudut ruangan itu saat otaknya mencoba berpikir apa yang harus ia lakukan sekarang hingga pada akhirnya manik amethys-nya berakhir pada sebuah gunting yang berada diatas meja rias yang ada disana.

Ah, Hinata ingat itu adalah gunting yang Sakura pakai saat gadis itu memotong rambutnya yang berantakan menjadi sedikit lebih rapi sebelum acara dimana dirinya yang dijual.

Hinata masih menatap lekat kearah gunting itu, tatapan matanya begitu kosong bahkan Hinata merasa kakinya begitu ringan saat ia melangkah dengan perlahan meraih benda tajam itu.

Hinata menatap gunting ditangannya sekilas sebelum menatap pantulan wajahnya dibalik cermin. Wajahnya terlihat benar-benar menggerikan saat riasannya telah hancur berantakan akibat tangisannya.

Hinata tidak peduli, ia tidak peduli jika riasannya hancur karena dibandingkan itu Hinata hanya ingin mengakhiri penderitaannya ini sekarang. Hinata sadar dirinya begitu takut mati, ia masih ingin hidup dan bebas dari tempat terkutuk ini namun sekali lagi takdir tidak pernah berpihak kepadanya.

Semua harapan Hinata telah hancur berantakan saat dirinya telah dijual kepada pria itu. Saat ini Hinata adalah seorang jalang yang hanya digunakan untuk memuaskan nafsu.

Dan sebelum dirinya benar-benar menjadi jalang. Hinata memilih untuk menghentikan semua penderitaannya sekarang juga. Ia mungkin takut mati tapi untuk sekarang Hinata tidak akan takut lagi karena Hinata lebih memilih mati dibandingkan menjadi seorang jalang menjijikan.

Hinata memengang gunting ditangannya sedikit bergetar saat dengan perlahan ia mulai mendekatkan gunting itu kearah urat nadinya.

Ini akan segera berakhir, semua penderitaannya akan berakhir tepat setelah Hinata memotong urat nadinya.

Hinata memejamkan matanya menggigit bibirnya menahan ketakutan yang melanda dirinya saat dinginnya besi gunting itu menyentuh kulit tangannya.

Gesekan tajam gunting itu mulai terasa ditangannya dan saat Hinata akan menarik guntingnya keras seseorang sudah terlebih dahulu mendorong keras tubuh Hinata membuat dirinya tersungkur keatas lantai dengan gunting ditangannya yang jatuh begitu saja dari tangannya.

Hinata membuka matanya dan saat itu juga manik amethys-nya membelalak lebar saat melihat siapa yang berdiri didepannya.

"Kau pikir apa yang kau lakukan hah?!" Teriak Kurenai keras

Wajah wanita cantik itu benar-benar pucat pasi saat melihat Hinata yang berniat mengakhiri hidupnya dengan mata kepalanya sendiri. Apa gadis itu sudah gila? Kenapa harus berpikir untuk mengakhiri hidupnya?

Hinata terdiam matanya menatap kosong kedepan lalu kembali menangis dengan keras. Tubuhnya bergetar hebat dan raungan keras Hinata kembali terdengar membuat Kurenai yang melihatnya menghela nafas pelan memeluk tubuh mungil Hinata kedalam pelukannya.

Bon Appetit Where stories live. Discover now