Chapter 3

9.6K 267 66
                                    

Hinata membuka kedua matanya dan hal pertama yang ia lihat adalah atap mewah yang berhasil membuat Hinata seketika tersentak. Kedua manik amethys-nya membelalak lebar saat Hinata menyadari bahwa ia telah berada ditempat asing.

"D-dimana ini?" Tanya Hinata pelan pada dirinya sendiri

Ketakutan melanda diri Hinata membuat dirinya bergegas turun dari ranjang dan yang membuat dirinya semakin membelalakkan lebar matanya adalah kedua tangannya yang kini diborgol dimasing-masing sisi pilar ranjang.

Hinata hampir menangis melihat kondisinya yang begitu mengenaskan. Bagaimana tidak saat ini ia terkurung didalam kamar mewah ini dan kedua tangannya yang diborgol dengan Hinata hanya memakai pakaian kurang bahan yang ia pakai tadi saat acara pelelangan dilakukan.

Tidak ada lagi mantel yang diberikan Kurenai kepadanya menyisakan pakaian kurang bahan yang menampilkan seluruh lekuk tubuhnya.

Hinata mencoba sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari borgol yang mengunci kedua tangannya. Amethys indahnya kian memanas dan Hinata bisa menangkap suara kenop pintu yang dibuka lalu ditutup dengan keras.

Tubuh Hinata menegang, ia tidak berani menolehkan kepalanya kebelakang saat Hinata masih mencoba untuk melepaskan diri dari borgol yang mengunci kedua tangannya.

"Kami-sama." Lirih Hinata pelan

Hinata bisa merasakan tubuhnya yang bergetar hebat saat suara langkah berat itu terdengar semakin mendekat kearahnya dan tepat saat suara serak itu memenuhi gendang telinganya Hinata tau bahwa ia telah masuk kedalam perangkap sang iblis.

"Mau kabur huh?"

Hinata merasa seluruh tubuhnya mati rasa, nafasnya tercekat dan kedua bola mata indahnya hanya bisa membola lebar.

Hinata masih tidak berani berbalik bahkan saat ia merasakan seseorang yang berada dibelakangnya telah menaiki ranjang besar ini dan menyentuh kedua bahu terbukanya.

"Kau sangat harum." Bisiknya tepat pada telinga Hinata lalu meniupkan sedikit daun telinga gadis cantik itu membuat Hinata sontak memejamkan matanya

Kedua tangannya yang terborgol mengepal keras merasakan deru nafas hangat pria itu. Tubuh Hinata semakin bergetar hebat saat kedua tangan besar dan kasar itu mengusap lembut bahu terbukanya.

Itachi menyeringai kecil melihat dengan jelas bagaimana tubuh gadis yang saat ini masih memunggunginya itu bergetar hebat namun hal itu tidak membuat Itachi menghentikan kegiatannya sama sekali saat kedua tangannya memberikan sedikit remasan sensual di bahu kecil namun terasa begitu mulus itu.

Sial sekali, gadis kecilnya memiliki bahu yang begitu lembut dan kenyal membuat Itachi langsung membayangkan kedua bongkahan indah yang telah menjadi miliknya akan memiliki kelembutan yang sama seperti bahu gadis kecilnya.

Ah, membayangkan saja membuat Itachi bisa merasakan penisnya yang berkedut dibalik celananya. Sial! Terlalu lama bermain solo membuat Itachi benar-benar berubah menjadi pria kehausan belaian saat ia sudah mendapatkan seseorang yang berhasil menarik gairahnya.

Memang benar Itachi bukan seorang pria yang begitu memuja wanita. Bisa dikatakan Itachi tidak tertarik dengan kasus seperti itu namun bukan berarti ia tidak memiliki gairah seks akan lawan jenis. Itachi mengakui bahwa dirinya seorang perjaka yang belum pernah bercinta dengan wanita manapun namun itu bukan berarti ia tidak berpengalaman.

Itachi sangat berpengalaman, ia mengetahui hal itu dengan sangat jelas walaupun selama ini ia hanya bermain solo. Bahkan sangking pengalaman Itachi memiliki kamar khusus untuk memenuhi fantasi liarnya.

Hanya saja Itachi memiliki prinsip bahwa tubuhnya terlalu sempurna untuk disentuh oleh wanita sembarangan.

Itachi bukan pria yang akan sembarangan mencelupkan penisnya kedalam lubang wanita demi memuaskan nafsunya sendiri. Itachi bukan pria seperti itu karena ia memegang teguh prinsipnya bahwa ia terlalu sempurna dan ia tidak akan memberikan penis perkasanya untuk memuaskan nafsu bejat para wanita jalang diluar sana.

Bon Appetit Where stories live. Discover now