[03]

15.3K 1.7K 175
                                    

“Baiklah.” Ucap Jeno dengan senyum tipis.

Jeno melangkahkan kakinya mendekati mejanya dan meraih gagang telepon untuk menghubungi sang sekretaris.

“Karina, bawa masuk dokumennya.” Perintah Jeno, setelahnya dia menutup panggilan teleponnya.

“Duduklah!” Perintah Jeno.

Jaemin menurut dengan kikuk, dia mendudukkan tubuhnya, kemudian Jeno menyusul dengan duduk di depannya. Tak lama, pintu di ketuk lalu masuklah sang sekretaris. Wanita itu menyerahkan sebuah map kepada Jeno, setelahnya dia pun keluar, menyisakan Jeno dengan Jaemin di ruangan itu.

“Kau mencari tahu tentangku dari Mark?” Tanya Jeno membuat Jaemin tersentak.

Dia ingat bahwa beberapa hari lalu, Haechan bertanya tentang Jeno pada kekasihnya.

“Maaf, Tuan. Aku hanya bercerita dengan temanku, dan dia bertanya pada kekasihnya.”

“Hm, Mark, masih saja menyukai anak-anak.” Dengus Jeno dengan seringai.

Pria itu meletakkan dokumen yang di berikan sang sekretaris ke atas meja membuat Jaemin menatapnya bingung.

“Surat perjanjian. Bacalah, dan tanda tangani jika setuju. Bagaimana pun, kita berdua harus saling menguntungkan.” Ujar Jeno.

Jaemin dengan takut-takut meraih map itu dan membukanya. Tidak ada poin yang mencurigakan atau mengganjal. Semuanya normal dan Jeno tidak menuntut apa-apa. Dia memberikan seperti apa yang di janjikan. Hanya di sana tertulis bahwa Jaemin secara sadar, bersedia mengandung anak dari Jeno sebagai Papa pengganti.

“Bagaimana?” Tanya Jeno, yang di tanya hanya melirik takut.

“Ba-baiklah, Tuan. Aku setuju.” Jawab Jaemin.

Pria itu tersenyum senang mendengar jawaban Jaemin, dia mengambil pulpen di saku jasnya dan menyerahkannya pada Jaemin. Dengan helaan nafas berat, Jaemin meyakinkan dan memantapkan dirinya untuk terakhir kali. Dia pun menerima pulpen dari Jeno dan membubuhkan tanda tangannya di sana.

Kini, Jaemin telah resmi, merelakan rahimnya untuk mengandung anak dari Jeno.

“Baik. Kita sudah sepakat dan berlaku mulai detik ini. Aku akan menghubungimu lagi kapan bisa segera melakukan inseminasi buatan. Tentunya, kau harus melakukan pemeriksaan, aku harus memastikan bahwa kau sehat sebelum mengandung anakku.”

“Baik, Tuan.” Jawab Jaemin lirih.

“Kau boleh pergi.”

“Tuan...” Potong Jaemin. “Aku butuh uang itu sekarang, Ayahku harus di operasi malam ini.” Tuturnya.

Jeno hanya mendengus lalu mengeluarkan ponselnya dari saku jas untuk menghubungi seseorang.

“Bawa Pak Lee ke sini dan sudah kau urus semua yang aku perintahkan?” Tanya Jeno pada seorang pria di seberang telepon sana.

Selepas itu, keduanya diam menunggu orang suruhan Jeno datang. Jaemin hanya sibuk dengan pemikirannya, dia berakhir memandangi ruangan Jeno yang besar, bersih, rapi dan sejuk. Netranya tak sengaja bertemu dengan Jeno membuatnya tertunduk sungkan.

Entah apa yang tengah pria itu pikirkan saat menatapnya. Tapi Jaemin takut.

Keduanya menoleh saat pintu di ketuk. Lalu seorang pria berjas masuk ke dalam dan langsung menghampiri keduanya.

“Ini Leeteuk, mulai sekarang, dia yang akan mengurus segala keperluanmu. Jadi, apa pun yang kau butuh kan, silakan langsung bicara dengannya.” Ujar Jeno.

Jaemin merasa terkagum untuk sesaat. Bahkan, Jeno menugaskan seseorang untuknya. Sehebat apa Jeno? Beginikah kehidupan orang kaya? Memerintahkan orang sesuka mereka?

ONLY [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang