END 2 OF 2

25.7K 1.8K 157
                                    

Jaemin menutup kamar penghubung antara kamar mereka dengan si kembar. Pria itu merapikan piyamanya yang berantakan setelah menyusui Jenna sebelum tidur. Dia lihat, suaminya tengah berkutat dengan pekerjaannya di sofa kamar. Maka Jaemin pun memutuskan untuk menghampiri sang suami dan duduk di sampingnya.

“Tidak tidur, Sayang?” tanya Jeno melirik sekilas ke arah suami mungilnya.

“Aku belum mengantuk.” Jawab Jaemin, namun dari raut wajah serta gerak-geriknya, dia tampak menunjukkan sesuatu intim di bicarakan.

Pria itu melirik ke arah Jeno seraya mengulum bibirnya, “Yeobo...” Panggil Jaemin takut-takut.

“Kenapa Sayang?” Tanya Jeno, pria itu mengunci laptopnya dan meletakkan di atas meja, lalu menaruh seluruh perhatiannya pada Jaemin, satu tangannya merentang kemudian mendekap pundak suaminya.

“Ada yang ingin kubicarakan.” Ujarnya masih takut-takut.

“Apa itu, Sayang?” Tanya Jeno lembut.

Jaemin terdiam sejenak, memikirkan sesuatu yang ingin sekali dia ucapkan, dia tatap netra sang suami bersamaan dengan senyum di wajah tampannya yang menghiasi. Pria itu masih setia menunggu Jaemin buka suara.

“Aku ingin melanjutkan pendidikanku.” Tutur Jaemin lembut.

Tak ada reaksi dari sang suami, Jeno tak terkejut, tak tersenyum, tak juga nampak menentang. Hanya datar seperti biasa, mungkin sebenarnya terkejut tapi mencoba tak menunjukkannya.

“Kau masih punya dua bayi, Sayang.” Jawab Jeno.

“Bisakah kita pakai jasa baby sitter selama aku kuliah?” Tanya Jaemin, kalimatnya terdengar begitu memohon.

“Apa yang membuatmu begitu ingin kembali berkuliah, padahal kau sudah punya segalanya, Sayang?” Tanya Jeno lembut.

“Ada banyak hal. Yang pertama, adalah janjiku pada Ayah. Meski Ayah sudah tiada, ada banyak hasil kerja kerasnya untukku, aku sudah berjanji bahwa aku akan menempuh pendidikan setinggi mungkin dan membanggakan kedua orang tuaku...” Jaemin mulai menjelaskan.

“Kedua, tentang aku yang menjadi suamimu. Tidakkah kau lupa sayang, bahwa kau adalah sosok yang hebat? Lalu, apa kata rekan bisnismu dan teman-temanmu nanti, jika suamimu bahkan tidak memiliki gelar S1.”

“Aku tidak masalah dengan itu.” Sahut Jeno.

“Tapi itu menjadi masalah untukku.” Jaemin menimpali. “Aku yang menanggung malu dari semua cemoohan teman-temanmu. Biarkan setidaknya aku, terlihat cukup baik meski tak bisa sepadan denganmu. Lihat mantan suamimu, dia terlahir dari orang kaya dan memiliki gelar S2, aku tidak mau suamiku malu karena suaminya yang sekarang, lebih rendah derajatnya dari mantan suaminya.” Lanjutnya.

“Dan yang ketiga, adalah untukmu dan anak-anak kita. Untuk mendidik kedua anaknya, seorang Papa juga harus memiliki pendidikan yang baik. Aku juga ingin, menjadi pakaian yang baik untuk suamiku. Kesuksesan seorang dominan juga di lihat dari subsmissivenya.” Ucapnya membuat Jeno mengulum senyum.

Semua alasan Jaemin, bisa Jeno terima. Dia mengulum senyum mendengar setiap penjelasan suaminya.

“Baiklah, silakan lanjutkan pendidikanmu.” Ucap Jeno dengan senyum, dia mengacak surai suaminya membuat Jaemin ikut mengulum senyum.

“Terima kasih, Sayang” Ucap Jaemin memeluk tubuh suaminya.

“Ayo istirahat, sudah malam.” Ajak Jeno.

Jaemin melepaskan dekapan hangat sang suami, kemudian beranjak untuk naik ke ranjang. Jeno menaikkan selimut agar membalut tubuh Jaemin, lalu satu tangannya bertumpu di atas perut Jaemin.

ONLY [NOMIN]✓Where stories live. Discover now