[11]

17.4K 1.7K 343
                                    

Jeno meremang merasakan bagaimana tendangan anaknya di perut Jaemin. Hatinya tersentuh, meski bukan hasil dari pernikahannya, tapi janin itu adalah darah dagingnya.

Jaemin melihat bagaimana Jeno mengusap perutnya sayang, ada gelenyar geli yang menjalari tubuhnya. Tanpa sadar, penisnya ereksi membuat Jaemin membulatkan matanya.

“Sudah Tuan!” Pekik Jaemin. Dia langsung beringsut mundur dan menutupi selangkangannya dengan bantal sofa sebelum Jeno melihat.

Jeno tersentak tentu saja, dia pandangi Jaemin dengan bingung, apalagi saat melihat wajah Jaemin tampak tegang dan panik.

“Kau! Aku masih ingin menyapa anakku!” Protes Jeno.

Jaemin hanya meneguk salivanya kasar, tengkuknya sudah meremang dan dia ingin menyentuh penisnya sekarang. Jika Jeno menyentuhnya, dia tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi ke depannya.

“Nanti, lain waktu lagi.” Jawab Jaemin gugup membuat Jeno menghela nafas.

“Ya sudahlah, aku harus pulang. Jaga kesehatanmu, nanti kukabari setelah menemukan apartemennya dan memberi tahu kapan kau bisa mulai pindah.” Jelas Jeno yang di angguki oleh Jaemin.

Jaemin menghela nafas saat Jeno beranjak, dia pandangi pergerakan pria itu. Untuk kali ini, dia tak bisa mengantar Jeno atau Jeno akan melihat celananya menggembung.

Setelah Jeno pulang, Jaemin pun berlari kecil ke kamar mandi untuk menuntaskan hasratnya.


🐶🐶🐶


Jaemin melangkahkan kakinya dengan lesu memasuki gedung kampus, dia belum begitu menyadari jika beberapa temannya tampak berbisik seraya menatapnya sinis.

Langkahnya mulai melambat saat melihat beberapa mahasiswa menatapnya aneh, dia sempat tersentak namun akhirnya dia sadar bahwa dia tengah menjadi pusat perhatian karena perutnya yang mulai membuncit.

Malu rasanya.
Dia di kenal sebagai mahasiswa yang termasuk culun karena kuno di antara teman-temannya. Tiba-tiba mereka melihat perut Jaemin mulai membuncit, bahkan pipinya sudah mulai tembam.

Tapi, ini sudah risiko yang harus di tanggung. Menjelaskan pada mereka pun tak ada gunanya. Dia sudah terlalu lelah, sejak Ayahnya meninggal, dia tak punya tujuan hidup, jadi dia biarkan orang menilai dirinya sesuka hatinya.

Jika lelah, dia akan menangis sendiri. Karena tumpuan pun, dia sudah tak punya.

“Wah!”

Langkah kaki Jaemin terhenti saat sekumpulan gadis berhenti dan menghadang langkahnya. Jaemin memutar bola matanya malas, dia lihat gadis-gadis itu menatapnya dengan seringai mengejek.

“Apa ini? Na Jaemin, pria yang polos datang dengan perut besar. Kau hamil?” Tanya Yuna dengan nada mengejek.

“Berarti benar bahwa kau mengencani om-om seperti dua temanmu itu.” Sahut Wonyoung.

“Aish, itulah mengapa jangan melihat buku dari sampulnya. Yang diam dan polos seperti ini justru lebih mengejutkan.” Ledek Yuna lagi.

“Pantas saja belakangan dia di antar dengan mobil mewah. Aku juga pernah melihat dia bersama kekasihnya di swalayan. Iyuh, sudah tua. Seumuran dengan Ayahku.” Ikut Wonyoung

“Ayahnya baru meninggalkan? Dia pasti kekurangan kasih sayang Ayahnya hingga mengencani pria tua.”

Jeno baru saja masuk ke dalam gedung universitas dan langsung di sambut oleh ketua komite. Senyumnya merekah sangat lebar saat pria berkacamata itu mengajak Jeno untuk masuk.

Namun, di tengah langkahnya, dia menangkap gelak tawa yang ricuh membuatnya menoleh. Alisnya bertaut saat melihat punggung yang tak asing. Seperti punggung Jaemin.

ONLY [NOMIN]✓Where stories live. Discover now