[30]

18.1K 1.8K 192
                                    

“Tidak mungkin.” Lirih Jeno. “Anda pasti salah, ayo berusaha sedikit lagi, aku yakin suamiku masih bisa di selamatkan. Kumohon, Dokter.” Bujuk Jeno.

Hhhh...

Perawat menoleh saat mendengar tarikan nafas, mereka membulatkan mata melihat dada Jaemin membusung lalu tubuhnya melemas.

“Dokter! Detak jantung pasien kembali terdeteksi.!” Pekik seorang perawat.

Baik Dokter dan Jeno menoleh saat mendengar ucapan perawat itu. Dokter langsung menghampiri Jaemin dan kembali melakukan penanganan.

“Jaemin...” Lirih Jeno.

Ada sedikit kelegaan dan secercah harapan saat melihat detak jantung Jaemin lewat monitor EKG. Dokter menghela nafas dengan senyum lega begitu pula perawat, mereka berusaha melakukan penanganan untuk Jaemin.

Air matanya kembali menetes beriringan dengan itu, tangis Jisung perlahan mereda. Jeno langsung beranjak untuk menggendong Jisung sembari menatap Jaemin, dia terus berdoa semoga Jaemin masih bisa di selamatkan.

Dokter dan perawat saling melempar senyum setelah memeriksa kembali kondisi Jaemin. Dunia Jeno bak berhenti saat melihat Jaemin akhirnya membuka mata. Dia langsung merebahkan Jisung dan berlari menghampiri Jaemin.

Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Jeno langsung memeluk Jaemin. Perawat sempat menahannya namun Dokter melarang dan membiarkan Jeno meluapkan kerinduan serta kekhawatirannya.

“Sayang...” Isak Jeno.

Jaemin hanya bisa membulatkan matanya saat Jeno memeluknya. Dia menatap langit-langit rumah sakit, masih belum mengerti akan kondisi yang terjadi, dia menatap perawat dan dokter bergantian lalu menepuk-nepuk pundak Jeno.

“Tuan...” Panggil Jaemin dengan suara seraknya.

Jeno melepaskan pelukannya dan mengusap air matanya. Dia pandangi Jaemin untuk waktu yang lama, dia benar-benar merindukan sosok itu, rindu mata indah berbinar itu terbuka, rindu suara lembut Jaemin memanggilnya.

Dokter pun mengajak perawat untuk keluar, mungkin Dokter akan menjelaskan kondisi Jaemin nanti. Mereka membiarkan Jeno dan Jaemin meluapkan perasaan mereka.

“Tuan kenapa menangis? Aku hanya tertidur.” Ujar Jaemin.

“Tertidur? Kau koma selama sepuluh hari.” Sahut Jeno sebal, bisa-bisanya di saat Jeno khawatir di kala dia hampir meregang nyawa, Jaemin hanya mengatakan bahwa dia tertidur. Jeno sudah panik dan hampir meraung tak terima.

“Aku koma?” Jaemin bertanya-tanya.

“Iya, dan kau hampir meninggalkanku tadi.”

Mata Jaemin terus membulat bingung mendengar penuturan Jeno. Dia coba mengingat apa yang terjadi sebelum dia tertidur untuk waktu yang lama.

“Dokter sudah menyatakan kau tidak selamat, Jaemin.” Jeno menjelaskan membuat Jaemin tersentak, dia mendongak menatap Jeno di atasnya.

“Apa yang membuatmu akhirnya terbangun?” Tanya Jeno.

Jaemin termenung memikirkan lagi mimpinya, dia kemudian mengulum senyum, Jeno pun mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang Jaemin membuat Jaemin sedikit menaikkan tubuhnya dan menjadikan paha Jeno sebagai bantal.

“Aku bermimpi bahwa aku memiliki seorang putra yang tampan dan seorang putri yang cantik.” Jaemin mulai bercerita. “Saat itu, aku tengah bermain di sebuah lapangan hijau dengan kedua anak kita, lalu Ayah dan Ibu datang...” Lanjutnya menggantung kalimatnya.

“Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi saat Ayah dan Ibu tersenyum, rasanya aku ingin pergi bersama mereka. Tapi, anak kita menangis dan tidak ingin aku meninggalkan mereka. Saat itu, aku merasa seperti tersentak.” Tutur Jaemin.

ONLY [NOMIN]✓Where stories live. Discover now