[15] 🔞

24.8K 1.7K 284
                                    

Jeno turun dari lantai atas masih dengan wajah marah yang tercetak jelas, Tiffany meletakkan toples kue yang ia pegang dan menghampiri putranya.

“Ada apa? Kalian bertengkar dan suara kalian sampai keluar?” Tanya Tiffany.

“Bukan apa-apa, Bu.” Jawab Jeno, dia terlalu malas mengingat pertengkaran dengan sang suami yang justru membuat emosinya kian meledak.

“Kau mau ke mana?” Tanya Tiffany melihat putranya melangkah keluar. “Ini sudah hampir larut” Sambungnya.

“Menemani Jaemin di rumah sakit, Bu.” Jawab Jeno lesu.

“Apa? Jaemin di rumah sakit? Ada apa? Apa terjadi sesuatu dengannya? Lalu cucuku bagaimana?” Tanya Tiffany ribut.

Jeno menghela nafas lelah lalu berbalik. “Seungmin menemui Jaemin dan meminta dia berhenti meminta ini itu padaku, Jaemin pergi sendiri tadi dan di ganggu preman. Anakku dalam bahaya karena ulahnya.” Jawab Jeno.

“Apa? Suamimu itu! Sudah tidak bisa memberi keturunan malah menyusahkan!” Omel Tiffany. “Benar, pergilah dan temani Jaemin, Ibu dan Ayah akan menjenguk besok.” Titah Tiffany yang di angguki oleh Jeno.

Jeno kembali melangkahkan kakinya keluar rumah dan memacu mobilnya menuju rumah sakit untuk menemani Jaemin.

Pria itu kembali masuk ke kamar rawat Jaemin dan bertepatan Jaemin yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan lesu. Pria itu tersentak saat melihat Jeno berdiri satu setengah meter di sampingnya.

“Sedang apa?” Tanya Jeno.

“Sedang apa lagi.” Jawab Jaemin lesu, tangannya mengibas membuat Jeno paham bahwa Jaemin baru saja menuntaskan hasratnya.

“Kenapa tidak menghubungiku?” Tanya Jeno melangkahkan kakinya menghampiri Jaemin lalu berdiri di samping Jaemin berbaring.

“Tuan kira aku budak seks hah?” Sungut Jaemin menarik selimut untuk membalut setengah tubuhnya.

Mendengar ocehan Jaemin itu, membuat Jeno tertawa kecil, dia mengusap kepala Jaemin sayang. “Lalu siapa yang meminta bantuanku pertama kali?” Tanya Jeno membuat Jaemin mencebik.

“Kau curang, karena hanya kau yang boleh meminta.” Tambahnya.

“Untuk apa ke sini? Sana temani suami Tuan, nanti dia kesal.” Rajuk Jaemin.

“Ibu minta aku menemanimu.” Sahut Jeno.

Padahal, Jaemin berharap jika itu adalah kemauan Jeno sendiri. Dia pasti akan merasa bahagia.

“Tidurlah, sudah malam.” Perintah Jeno.

“Tuan sungguh mau menemaniku di sini?” Tanya Jaemin.

“Uhm, kenapa?” Tanya Jeno.

“Setidaknya mandi dulu, Tuan.” Celetuk Jaemin membuat Jeno tertawa.

“Aku baru pulang dari kantor tadi saat melihatmu di ganggu preman itu, aku juga tak sempat mandi di rumah karena terlalu khawatir padamu” Oceh Jeno membuat Jaemin menoleh dengan kaget, dan Jeno menangkap kekagetan Jaemin membuatnya malu, “Maksudnya, khawatir pada anakku” Jawab Jeno mengoreksi kalimatnya.

Jeno mendehem untuk mengusir rasa malunya, sementara Jaemin langsung memalingkan wajahnya dan mengulum senyum malu.

Jaemin lantas mengubah posisinya miring kiri, sedang Jeno menarik kursi jenguk lalu duduk di belakang Jaemin dan mengusap punggung pria itu hingga kantuk menyerang Jaemin dan dia terlelap.

Jeno beranjak dari kursi jenguk dan duduk di sofa, dia membuka ponselnya dan melanjutkan bacaan artikel tentang merawat orang hamil yang belum siap ia baca siang tadi karena terhalang pekerjaannya.

ONLY [NOMIN]✓Where stories live. Discover now