[24]

17.7K 1.8K 271
                                    

Jaemin masih terpaku memandangi Jeno yang menikmati sarapan, pria itu bersikap seperti tak terjadi apa-apa setelah membuat debaran jantung Jaemin tak menentu.

"Setelah aku kembali dari rapat nanti, bersiaplah untuk ikut ke rumah orang tuaku." Perintah Jeno seraya menyendok supnya.

"Uhm? Untuk apa?" Tanya Jaemin.

"Membicarakan pernikahan kita pada Ayah dan Ibu. Aku juga akan segera menekan Seungmin agar segera menandatangani berkas perceraian." Ujarnya dengan santai.

Jaemin masih tak menyangka rasanya, masih seperti mimpi. Masih belum bisa ia percaya sepenuhnya bahwa dia akan menikah dengan Jeno. Lalu menjalani kehidupan sebagai suami dari pria itu.

Jaemin masih begitu muda, dia tak pernah memikirkan bahwa dia akan berakhir di pernikahan secepat ini. Dan dia juga tak menyangka bahwa dia di nikahi oleh orang sehebat Jeno.

Dia pandangi lagi sosok tampan itu.
Jeno sangat gagah, tampan, dewasa, dan penyayang. Lalu ada fakta bahwa Jeno termasuk pria kaya raya, keluarganya termasuk dalam jajaran orang terkaya ke 10 di Korea. Apakah benar bahwa dia akan di nikahi oleh pria itu?

Rasanya seperti kisah di negeri dongeng, jika kata Seungmin, Jaemin bermimpi menjadi Cinderella. Tapi bagaimana jika semua itu bukan mimpi? Dia benar-benar akan menjadi Cinderella.

Jeno menoleh ke arah Jaemin dan mendapati pria itu melamun ke arahnya membuat aksi makan Jeno terhenti. Dia menghela nafas dan balas menatap Jaemin yang sepertinya belum sadar.

"Jangan menatapku seperti itu, nanti kau jatuh cinta." Ucap Jeno membuat Jaemin tersentak

Jaemin langsung menunduk dan menyembunyikan wajahnya yang memerah padam setelah ketahuan mengagumi calon suaminya.

"Jatuh cinta pada calon suami sendiri kan tidak apa-apa." Gumam Jaemin.

UHUK!
Jeno yang tengah meneguk air mineralnya tersedak saat mendengar gumaman Jaemin. Pria itu terbatuk hingga wajahnya memerah padam, dia teguk lagi air mineralnya lalu melirik ke arah Jaemin yang asik menyantap sarapannya.

Jeno menghela nafas setelah batuknya mereda, dia melirik ke arah Jaemin seperti salah tingkah setelah ucapan pria itu. Dia merasa suhu tubuhnya panas dan hawa rumah terasa gerah.

"Ekhem!" Jeno mendehem dan melirik lagi ke arah Jaemin, bagaimana mungkin Jaemin bersikap biasa saja setelah mengatakan hal seperti itu?

Tak tahukah bahwa jantungnya sudah berdebar tak karuan.

Jeno lantas beranjak dari meja makan untuk menonton televisi, menyisakan Jaemin sendiri yang masih menikmati sarapannya. Selepas makan, Jaemin naik ke atas untuk istirahat.

Jeno melirik saat melihat Jaemin naik, dia kembali menatap ke arah televisi. Biasanya, Jaemin akan duduk di sampingnya dan menonton televisi berdua. Rasanya, dia ingin Jaemin di sini.

"Ah kenapa acara televisinya tidak ada yang menarik?" Jeno bertanya-tanya namun matanya melirik ke arah Jaemin yang mengabaikannya.

Jeno mencebik lalu mematikan acara televisinya, dia pun menyusul Jaemin. Pria itu terkejut saat hendak menutup pintu kamar, tiba-tiba Jeno muncul.

"Tuan mau apa?" Tanya Jaemin.

"Mau apa?" Jeno balas melempar tanya.

"Kenapa ikut ke kamar?" Tanya Jaemin lagi

"Memangnya kenapa? Kan ini kamarku juga!" Sahut Jeno memasang wajah galak membuat Jaemin mencebik.

Jaemin enggan lagi berdebat dan lebih memilih naik ke atas ranjang yang di susul oleh Jeno. Dia hanya diam melihat Jaemin yang sibuk dengan ponselnya, tak berselang lama, gelak tawa Jaemin mengisi kamar.

ONLY [NOMIN]✓Where stories live. Discover now