[17]

15.9K 1.8K 157
                                    

Mobil milik Jeno berhenti di gedung parkir apartemen. Jaemin langsung menoleh ke arah Jeno yang terdiam dengan pandangan kosong.

Sejak tadi, pria itu berusaha mempertahankan konsentrasinya sangat mengemudi di tengah kondisinya yang hancur dan terluka.

“Terima kasih sudah mengajakku makan, Tuan. Kalau begitu aku turun dan Tuan hati-hati di jalan.” Ujar Jaemin seraya membuka sabuk pengamannya.

Sebenarnya, dia terlalu takut dan kikuk untuk berpamitan dengan Jeno, melihat wajah pria itu sangat dingin. Sementara Jeno menoleh saat Jaemin membuka pintu.

“Jaemin,” Panggil Jeno membuat Jaemin menoleh. “Boleh aku menginap di rumahmu malam ini?” Pinta Jeno.

Jaemin terdiam mendengar permintaan putus asa Jeno, dia akhirnya mengangguk lirih lalu turun dari mobil Jeno di susul sang pemilik. Keduanya melangkah masuk ke dalam gedung lalu masuk ke dalam unit Jaemin.

Jeno langsung mendudukkan tubuhnya di sofa sementara Jaemin melangkah menuju tangga, dia berbalik dan memandang Jeno yang terduduk lesu.

“Bisa kau tinggalkan aku sendiri?” Pinta Jeno dengan suara seraknya.

“Maaf, Tuan” Ucap Jaemin.

Dia menapaki anak tangga untuk menuju kamarnya. Pria itu menutup pintu kamar lalu mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang, kepalanya tertunduk memikirkan Jeno.

Dia tahu sehancur apa perasaan pria itu, dia tahu bahwa Jeno begitu mencintai suaminya. Jeno pasti benar-benar terluka mengetahui bahwa suaminya berselingkuh dan Jaemin yakin, hubungan itu sudah terjalin cukup lama.

Sementara Jeno hanya bisa menyandarkan tubuhnya lesu, kepalanya bersandar pada sandaran sofa dan menatap langit-langit apartemen Jaemin. Matanya berkaca-kaca kemudian setetes air mata membasahi pipinya.

Hancur dan terluka rasanya melihat suaminya baru saja masuk ke dalam hotel bersama pria lain. Dia tahu, bahwa suaminya mungkin sudah menjalin hubungan dengan pria itu dalam kurun waktu yang lama.

Jadi, dia selama ini mencintai sendiri?

Jaemin menggeliat dari tidurnya, sebenarnya, dia tidak benar-benar tertidur. Sejak tadi, dia merasa gelisah karena memikirkan Jeno di ruang tengah sendiri. Dia pun terduduk di atas ranjang dan melihat jam menunjukkan pukul satu malam.

Dia menyibak selimut lalu beranjak keluar dari kamar. Langkahnya terdengar pelan dan berhati-hati agar dan mengganggu Jeno. Bibirnya menghembuskan nafas lega saat melihat Jeno berbaring di sofa dengan lengan bertumpu di keningnya.

Jaemin menggeleng lalu beranjak, baru saja kakinya melangkah, dia menangkap getaran ponsel Jeno yang mengisi sepinya rumah. Itu pasti panggilan dari Seungmin. Jaemin pun memilih untuk abai.

Tak lama, dia kembali membawa selimut dan bantal. Dia letakkan bantal  pada inside arm lalu mengangkat kepala Jeno dan menyelipkan bantal di bawah tengkuk pria itu, setelahnya, Jaemin membalut tubuh Jeno dengan selimut.

Jaemin tersenyum simpul memandangi wajah Jeno, dia menoleh saat mendengar getaran ponsel pria itu di atas meja. Dan benar saja, itu panggilan masuk dari sang suami, mungkin sudah entah ke berapa.

“Jangan coba-coba untuk mengangkatnya!”

Jaemin tersentak mendengar suara berat Jeno, dia kemudian menoleh dan melihat pria itu masih memejamkan matanya, tapi di detik berikutnya, dia membuka matanya dan menatap Jaemin yang berdiri di depannya.

“Tuan belum tidur?” Tanya Jaemin.

“Apa pikirmu aku bisa tidur dengan kondisi sehancur ini?” Tanya Jeno dingin.

ONLY [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang