[27]

20.7K 1.7K 232
                                    

Jaemin keluar dari kamar mandi sudah mengenakan kemeja kebesaran milik Jeno, satu tangannya memegang handuk dan mengusap kepalanya yang setengah basah, dia lihat Jeno masih asik berguling di balik selimut tebalnya.

Jaemin meletakkan handuk kotor itu pada keranjang di sebelah pintu kamar mandi, dia melongok ke arah paperbag yang di berikan Tiffany tadi malam, dia lihat lagi penampilannya.

Jeno bilang, Jeno suka melihat Jaemin dengan penampilan ini. Jadi, Jaemin ingin Jeno melihatnya sekali lagi saat bangun tidur. Tapi saat dia melihat jam dinding sudah hampir jam tujuh yang mana artinya dia harus turun untuk sarapan.

Jaemin menggeleng lalu melangkah mendekati Jeno, dia mengguncang tubuh pria itu.

“Tuan, bangun sudah pukul tujuh, kita harus turun dan sarapan.” Panggil Jaemin.

Namun Jeno hanya menggeliat dan melenguh seolah enggan membuat Jaemin menghela nafas, dia menyibak selimut yang membalut tubuh Jeno.

“Tuan, ayo bangun. Sebelum Ibu datang.” Panggil Jeno.

“Aku mengantuk Jaemin. Jarang sekali aku tidak bangun sesiang ini karena bekerja.” Sahut Jeno dengan mata terpejam.

“Tapi kita harus turun dan menemui Ayah dan Ibu. Ayo bangun.” Bujuk Jaemin menarik lengan Jeno namun Jeno menepisnya.

Jaemin berkacak pinggang melihat Jeno justru tak bergeming, dia menghela nafas lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Jeno.

“Yeobo, ayo bangun, sudah siang.” Panggil Jaemin lembut di telinga Jeno.

Kalimat itu langsung membuat Jeno membulatkan matanya dengan bibir mengulum senyum lebar, dia langsung menoleh ke arah Jaemin yang menatapnya sebal.

“Pintar sekali!” Umpat Jaemin membuat Jeno tertawa, dia langsung mendudukkan tubuhnya di atas ranjang dan melihat Jaemin yang melangkah.

Tidak pernah dia merasa bersemangat seperti pagi ini. Apalagi dia di sambut dengan penampilan Jaemin yang seksi namun menggemaskan. Dengan perut besarnya, dia mengenakan kemeja tadi malam.

“Aku tahu Tuan sudah bangun.” Celetuk Jaemin.

Pria itu menyambar paperbag di atas meja dekat sofa kamar lalu berlalu masuk ke kamar mandi untuk mengganti baju. Tak lama, Jaemin keluar dengan penampilan lebih santai, mengenakan kaos putih dengan celana sport berwarna hitam.

“Jaemin...”

Keduanya menoleh saat mendengar suara Tiffany, Jaemin menoleh ke arah Jeno dengan kedua alis naik membuat Jeno tertawa kecil, dia langsung menyibak selimutnya dan menunjukkan tubuh tanpa balutan pakaiannya membuat Jaemin bersemu merah.

Baru kali ini dia melihat tubuh Jeno sekelas ini, tanpa balutan pakaian apa pun. Tubuhnya bagus, kekar dan gagah. Pantas saja Jeno sangat panas di ranjang.

“Sayang ambilkan handukku.” Perintah Jeno membuat Jaemin tersentak.

Apakah, Jeno baru saja memanggilnya Sayang?
Apakah mereka memiliki sebuah status yang membuat Jeno harus memanggilnya sayang? Siapa dia di mata Jeno jika Jeno memanggilnya Sayang?

“Sayang...” Jeno mengulangi membuat Jaemin tersentak.

“Ah iya.” Jawab Jaemin kelabakan, dia langsung balik dan mengambil handuk di lemari lalu memberikannya pada Jeno.

“Aku turun lebih dulu, Tuan.” Pamit Jaemin dengan kepala tertunduk, masih malu rasanya saat Jeno memanggilnya sayang.

Jeno dengan cepat menarik lengan Jaemin. “Turun bersamaku!” Perintahnya membuat Jaemin meneguk salivanya kasar.

ONLY [NOMIN]✓Where stories live. Discover now