[08]

14.7K 1.7K 175
                                    

Jaemin membuka pintu gerbang setelah Jeno menghubungi bahwa dia sudah tiba di depan. Pria itu mengenakan jaket tebal karena cuaca pukul dua sangat dingin dan dia langsung masuk.

“Kita mau ke mana?” Tanya Jeno, yang di tanya terlihat berpikir lalu menggeleng.

“Aku juga tidak tahu, aku sudah memikirkan makan apa, tapi terlalu banyak sampai bingung.” Jawab Jaemin.

Jeno hanya menghela nafas lalu menyalakan lagi mesin mobilnya dan melaju keluar dari kompleks rumah Jaemin, mereka menyusuri jalanan kota Seoul mencari spot makanan.

“Mie kuah juga sepertinya enak.” Gumam Jaemin.

“Mie kuah mana yang buka di jam ini, Jaemin?”

“Benar juga. Atau nengmyeon juga enak, kuahnya pasti segar dan gurih” Gumam Jaemin menjilati bibirnya lapar seraya mengusap perutnya.

“Tidak ada rumah makan yang buka pada jam ini, Jaemin!” Jeno mengulangi balasannya, saat mendengar Jaemin tetap bersikeras untuk makan mie.

“Jadi aku makan apa?” Tanya Jaemin, dia menyandarkan kepalanya pada kaca jendela dan meratapi nasibnya.

Jeno menambah laju mobilnya mendengar keluhan Jaemin, dia memutuskan mengajak Jaemin pada salah satu pusat jajanan pasar. Karena hanya itu yang biasanya buka di jam ini.

Jaemin turun dengan malas menyusul Jeno, dia sudah tidak berselera karena bukan itu yang dia inginkan. Dia hanya berakhir melangkah dan melihat-lihat dengan kedua tangan masuk pada saku jaket.

“Kau mau apa?” Tanya Jeno menoleh ke arah Jaemin di belakangnya.

“Tidak tahu. Aku ingin mie kuah” Rajuknya membuat Jeno menghela nafas.

“Di mana kita bisa mencari mi kuah Jaemin? Kita makan ini dulu, siang nanti akan kupesankan mie kuah.” Sahut Jeno.

Jaemin menghela nafas dan berakhir melihat beberapa macam kue serta gorengan yang tertata pada kotak di atas meja seorang pedagang.

“Aku ingin tteokbeoki saja.” Jawab Jaemin malas.

“Tapi bugeoppang itu juga enak, dan kentang rollnya aku ingin bumbu yang pedas, lalu hotteok juga.” Lanjutnya, wajahnya masih tampak sebal membuat Jeno mengulum senyum tipis.

“Tteokbeoki ini ingin di tambah ramyeon?” Tanya Bibi penjual.

“Iya, aku mau.” Jawab Jaemin antusias seraya menepuk tangannya lucu.

“Tidak, Bibi. Dia sedang hamil, ramyeon kemasan tidak baik untuk kandungannya.” Sahut Jeno cepat membuat Jaemin menatapnya sebal.

“Ah benar sekali, ramyeon kemasan tidak baik untuk janin. Sayang sekali karena aku tidak punya mie olahan.” Sang pedagang menimpali.

“Anda beruntung sekali memiliki suami yang peduli terhadap apa yang di makan oleh Papa yang sedang hamil.” Goda Bibi itu dengan senyumnya membuat Jaemin dan Jeno saling tatap.

“Kami tidak menikah Bibi.” Sahut Jeno cepat membuat alis Bibi itu bertaut. “Mak-maksudnya... Aku bukan suaminya.” Jeno mengoreksi.

“Tidak menikah? Lalu bukan suaminya. Ah kau pasti Ayahnya. Aduh, Ayah yang sangat perhatian pada cucunya.” Sang bibi kembali memuji dengan gelak tawa ringan membuat situasi kian canggung dan aneh bagi Jeno dan Jaemin.

“Bukan, Bibi. Apakah aku setua itu hingga terlihat seperti Ayahnya?” Tanya Jeno.

“Lalu apa? Dia sedang hamil lalu bersama seorang dominan, hubungan apa antara pria yang hamil dengan pria yang menemaninya menuruti masa mengidamnya?” Tanya sang Bibi, tapi di detik berikutnya dia terpaku, “Ah, hamil di luar nikah?” Tanya Bibi itu dengan iba.

ONLY [NOMIN]✓Where stories live. Discover now