[31]

18.6K 1.7K 199
                                    

Jeno masuk ke dalam kamar di mana Jaemin di rawat, dia lihat suaminya itu berdiri di samping ranjang sang putra yang terlelap. Bibirnya mengulum senyum melihat Jaemin memandangi putranya.

“Lee Jisung...” panggil Jaemin, telunjuknya menunjuk-nunjuk pipi Jisung membuat sang putra menggeliat dari tidur lelapnya, dia sibuk menjilati bibirnya.

“Sayang,” Panggil Jeno, dia berdiri di samping Jaemin dan merengkuh pinggang suaminya membuat Jaemin langsung menegakkan tubuhnya.

“Ada apa?” tanya Jeno.

“Aku masih tidak percaya bahwa yang ada di perutku sudah keluar dan berbentuk bayi seperti ini.” Ucap Jaemin. Dia masih memandangi Jisung, masih seolah tak percaya bahwa dia benar telah melahirkan janin yang selama ini ia kandung.

“Rasanya masih seperti mimpi.” Lanjutnya.

“Dia benar anakku, Tuan?” Tanya Jaemin menoleh ke arah Jeno membuat sang suami tertawa.

“Berapa kali kukatakan berhenti memanggil suamimu dengan Tuan.” Ucap Jeno menyentil hidung Jaemin.

“Ah, aku tidak terbiasa.” Gumam Jaemin. “Lagi pula, benarkah kita sudah menikah?” Tanya Jaemin.

“Benar, aku sudah menunjukkan padamu akta pernikahan kita. Kenapa? Apa begitu sulit di percaya?” Jeno bertanya di akhir kalimatnya yang di angguki oleh Jaemin.

“Aku tak percaya jika aku menikah dengan om-om.” Ujarnya membuat Jeno tersentak. “Wah, jadi aku sama dengan Haechan dan Renjun. Padahal aku bermimpi punya suami yang muda dan tampan.” Gerutunya.

“Hei, aku juga tampan. Aku masih tiga puluh tahunan.”

“Dan aku masih dua puluh tahunan. Teman-temanku masih berkuliah.” Sahut Jaemin tak mau kalah.

“Kau menikah dengan pengusaha, orang terkaya ke sepuluh di Korea.”

“Tetap saja, umur kan tidak bisa berbohong.” Celetuknya dengan bibir mengerucut, dia kembali membungkuk dan menunjuk-nunjuk pipi tembam putranya.

“Sudah membaik, jadi mulutnya sudah kurang ajar lagi.” Gumam Jeno. “Jangan di ganggu, Sayang!” Jeno menahan tangan Jaemin.

“Kenapa dia gemuk sekali seperti ini? Lihat pipinya seperti kue mochi.” Ocehnya mencubit pelan pipi gembil Jisung.

“Itu karena kau makan terlalu banyak selama hamil. Meskipun dia lahir prematur, berat badannya termasuk besar untuk bayi seusianya.” Jawab Jeno.

“Tapi dia menggemaskan.” Pekik Jaemin tersenyum cerah.

“Ah benar juga!” Pekik Jeno membuat Jaemin menoleh.
“Makan kue mochi enak juga kan, Sayang?” tanya Jeno dengan senyum.

“Aku kan belum boleh makan sembarangan, jadi ya tidak enak.” Celetuk Jaemin.

“Aku boleh. Aku saja yang makan.” Sahutnya seraya mengeluarkan ponselnya dari saku celana pendeknya.

Jeno melangkahkan kakinya menuju sofa ruangan itu dan duduk di sana, menunggu sang Ibu menjawab panggilannya.

“Halo, Bu. Jika Ibu ada rencana ke rumah sakit hari ini, tolong belikan aku kue mochi. Isikan kacang hijau, coklat dan apa saja. Terserah.” Ucapnya.

Dan sebelum sang Ibu menjawab atau mengiyakan, Jeno sudah memutus sambungan teleponnya. Jaemin hanya bisa menghela nafas dia kembali menatap Jisung dengan senyum lalu menundukkan tubuhnya.

Hap!

Suara tangisan Jisung menyeruak membuat Jeno langsung berdiri, dia melihat suaminya yang tersenyum berusaha menggendong Jisung.

ONLY [NOMIN]✓Where stories live. Discover now