2

31.5K 3.3K 182
                                    

Ada yang nunggu Inay up?
Selamat membaca dan semoga menghibur.
Typo tandai ya supaya bisa langsung diperbaiki.





Vallen turun di depan sebuah rumah kecil sederhana. Meskipun rumah itu terlihat sederhana tapi terlihat sejuk karena banyak pepohonan di sekitarnya. Ia meminta supir untuk menunggu sebentar.

Ia berjalan menuju rumah itu lalu mengetuknya dengan pelan. Tak lama pintu terbuka dan terlihatlah wanita paruh baya berpakaian sederhana.

Wanita yang bernama Melani itu memandang remaja tampan yang berdiri di depan pintunya, bisa dilihat jika pakaian yang dipakai remaja ini terlihat mahal.

"Bu, saya Vallen. Maaf, bisakah ibu membayar dulu ongkos taksi yang ada disana. Vallen tidak membawa uang dan tidak bisa membayarnya."

Vallen terlihat malu saat mengucapkan itu, sungguh ia tidak sadar jika ia tidak membawa uang sama sekali saat menyetop taksi. Barulah saat hendak membayar, Vallen tersadar jika ia tidak membawa uang sepeserpun.

Seorang pria ikut keluar dan melihat Vallen yang berdiri di depan pintu.

"Sayang, ini Vallen. Bawalah masuk dulu. Aku akan membayar taksi terlebih dahulu."

Melani membawa Vallen untuk masuk dan menyuruh sang suami untuk membawa Vallen ke dalam rumah.

Vallen tanpa sadar melihat kesekeliling, rumah ini terlihat sederhana tapi rapih. Walaupun sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan mansion Johnson.

"Maaf jika rumah kami terlihat kecil, memang tidak bisa di bandingkan dengan rumahmu yang dulu."

Vallen tersadar dan merasa tidak enak. Bukan maksudnya untuk membandingkan rumah ini dengan rumah lamanya. Lagipula ia sudah memutuskan untuk hidup dengan tenang, tidak lagi memikirkan jika harus hidup di rumah kecil ataupun besar. Selagi ia masih memiliki rumah untuk kembali ia tidak akan mengeluh.

"Bukan maksud Vallen seperti itu, sungguh," Vallen mencoba tersenyum, "Maaf apa bapak, ayah saya?"

Pertanyaan Vallen membuat Hendra membeku sejenak tapi tak lama ia menganggukkan kepalanya.

"Nama kamu, Vallen kan?"

"Iya nama saya Vallen Johns-" ucapan Vallen terhenti saat teringat, sekarang  ia bukan lagi anggota keluarga Johnson.

"Vallen, hanya Vallen."

"Nama A-ayah Hendra dan tadi ibumu Melani."

Vallen merasa senang saat mengetahui nama kedua orang tuanya. Setidaknya sekarang ia masih memiliki orang tua lengkap.

Melani masuk setelah membayar ongkos taksi. Ia mencoba tersenyum saat melihat Vallen. Ini baru pertama kali mereka bertemu, tentu saja suasana terlihat canggung.

Melani melangkah dan memegang lengan Vallen.

"Ayo bersihkan tubuhmu dulu, pasti Vallen lelah kan? Setelah itu kita akan makan."

Vallen digiring ke sebuah kamar yang tidak terlalu luas tapi terlihat rapih. Terdapat tumpukan buku yang tertata rapih dan sebuah komputer di atas meja. Vallen merasa penasaran dan ingin menyentuhnya. Tapi belum sempat ia menyentuhkan, suara sang ibu menginterupsinya.

"Jangan sentuh sembarangan, ini milik Ryan. Takutnya nanti akan rusak. Kami menabung cukup lama untuk membelikan komputer dengan model terbaru ini. Dan ruangan ini sebelumnya milik Ryan. Vallen pindah ke samping dulu ya. Barangkali nanti Ryan akan datang kemari dan menginap jadi ibu tidak memindahkannya."

Melani terlihat gugup saat menjelaskan tentang ruangan ini, ia tanpa sadar menuntun Vallen ke kamar ini. Vallen hanya bisa diam-diam tersenyum miris, ia menganggukkan kepala sambil mengikuti sang ibu untuk berjalan ke arah kamar lain.

Another Cannon FodderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang