28

19.6K 2.3K 103
                                    

Hohoho, sehat semuanya? Masih nunggu Vallen kan?
Typo tandai ya supaya bisa langsung diperbaiki.



Vallen saat ini cukup berkeringat, poninya lepek dan menempel di keningnya. Kacamatanya juga sedikit berembun. Si triplet memandang tidak suka melihat keadaan Vallen yang terlihat terengah-engah dan berkeringat. Mereka sudah bisa menebak apa yang terjadi di sini.

Arga menghampiri adiknya, ia melepaskan kacamata Vallen kemudian melirik ke arah dua saudara kembarnya. Raga dan Gara memahami kode sang kakak, Raga langsung membekap mulut Nino, Gara langsung melayangkan pukulan ke perut Nino. Gerakannya sangat cepat dan tidak menimbulkan suara. Nino juga tidak bisa mengeluarkan suara sedikitpun, entah apa yang dilakukan Raga sehingga benar-benar bisa membungkam Nino. Gara sekali lagi melayangkan pukulan ke dada Nino. Pandangan Nino seketika berkunang-kunang sebelum ia kehilangan kesadaran. Raga melepaskan tangannya dari Nino, ia membiarkan tubuh Nino tergeletak di lantai begitu saja. Bahkan ia menambahkan cap sepatunya pada seragam Nino.

Teman-teman Nino yang tadinya menahan Deon dibuat terdiam dan dibuat bergidik. Mereka sangat ketakutan melihat aksi si kembar yang menurut mereka sangat kejam. Hanya butuh dua pukulan dan Nino yang notabenenya anak karate bersabuk merah bisa langsung tumbang dan kehilangan kesadaran.

Deon juga dibuat tercengang dengan aksi si kembar. Sementara Vallen yang tidak memakai kacamata tentu saja tidak tahu apa yang dilakukan kakak kembarnya. Apalagi selain tidak memakai kacamata, Arga berdiri di depan Vallen menghalanginya.

"Temanmu sepertinya tiba-tiba sakit, bawa ke ruang kesehatan cepat," ucap Arga yang sedang mengelap kacamata Vallen.

Teman-teman Nino langsung tersadar, mereka memahami arti di balik kata-kata Arga. Ditelinga mereka seperti mendengar, "Bawa temanmu sebelum aku melakukan hal yang lebih dari ini." Mereka bergegas membawa tubuh Nino yang sudah tidak sadarkan diri.

Setelah melihat mereka menjauh, Arga memasangkan kacamata pada sang adik. Vallen bisa melihat dengan jelas sekarang. Pas di tikungan ujung koridor ia melihat mantan teman-temannya pergi, mereka seperti terlihat sangat tergesa-gesa.

"Kak, kenapa mereka terlihat pergi terburu-buru?"

"Entah," jawab Arga.

"Lalu, tadi siapa yang sakit?"

"Anak yang berdiri di depan Vallen."

"Huh? Tadi, Nino terlihat sangat sehat, kenapa sekarang tiba-tiba sakit?"

"Tidak tahu."

"Pantas saja mereka terlihat terburu-buru."

Deon terdiam, mendengar ucapan si kembar. Ternyata mereka pandai berakting. Mereka bisa mengucapkan kebohongan tanpa berkedip! Deon sungguh salut dengan kakak kembar temannya. Tapi tidak bisa dipungkiri, ia juga merasa senang dan puas melihat keadaan Nino yang cukup tragis. Anggap saja itu ganti dari pukulannya karena tadi tubuhnya ditahan jadi ia tidak bisa membantu Vallen.

"Ah, tadi Nino sepertinya sakit perut, iya sakit perut, makanya mereka langsung pergi terburu-buru," imbuh Deon, ia juga mencoba meyakinkan Vallen. Jika si kembar tidak ingin tahu maka Vallen tidak perlu tahu.

Vallen menganggukkan kepala tanda paham, meskipun ia merasa aneh tapi akhirnya ia percaya.

"Kakak kenapa ada di sini?"

"Kebetulan lewat."

"Sungguh kebetulan."

"Kembali ke kelas, kakak juga akan kembali ke kelas," ucap Gara.

Satu persatu si kembar mengusap pelan kepala Vallen. Setelahnya, mereka beranjak pergi dari sana.

Deon dan Vallen juga berjalan untuk kembali ke kelas.

"Vall, punggung kamu, oke? Tadi sepertinya benturannya cukup keras," ucap Deon.

Setelah Deon menyatakan tentang punggungnya, Vallen merasakan punggungnya masih agak nyeri.

"Sudah tidak terlalu sakit."

"Perlu kita mampir ke ruang kesehatan?"

"Tidak perlu, nanti pasti akan sembuh sendiri. Ini hanya benturan, bukan sesuatu yang serius."

"Kamu yakin?"

"Yakin, De."

"Oke, tapi nanti kalau masih sakit kita perlu memeriksanya."

"Iya."

Saat istirahat Ryan mendapatkan kabar jika Nino pingsan. Jadi sebagai teman yang baik tentu saja ia datang menjenguk Nino yang berada di ruang kesehatan. Saat ia datang, Nino baru saja sadar.

"No, kenapa kamu bisa seperti ini? Setahu aku, kamu anak karate pasti daya tahan kamu kuat, kan?"

Nino meringis menahan rasa sakit yang ada di tubuhnya. Perut dan dadanya sangat sakit, tendangan si kembar benar-benar kuat sampai bisa membuat hilang kesadaran dengan dua pukulan saja padahal itu hanya satu orang apalagi jika ketiganya yang harus ia lawan, ia kembali bergidik saat membayangkannya. Walupun sebenarnya, Gara bisa membuat Nino kalah dalam satu kali pukulan.

"Ini semua gara-gara Vallen."

"Vallen? Ko bisa?"

"Tadi aku sedang ingin bermain-main dengannya. Tapi tiba-tiba si kembar datang."

"Kembar? Si kembar Martinez maksudnya?"

"Hm. Aku tidak menyangka si kembar balik membalas. Bagaimana bisa Vallen sekarang terlihat semakin dekat dengan si kembar Martinez? Sampai-sampai si kembar membuatku pingsan hanya dengan dua pukulan! Shh." Nino mendesis karena tubuhnya terasa semakin sakit efek karena ia berbicara terlalu bersemangat.

"Tidak perlu marah, pasti sangat sakit. Pulang saja lalu cek ke rumah sakit bila perlu. Sepertinya lukanya serius."

"Ini memang sangat sakit," ucap Nino jujur. Ia benar-benar merasa sakit, dadanya juga terasa agak sesak. Sepertinya memang ia perlu pergi ke rumah sakit. Teman-teman yang lain tadi pamit keluar setelah melihat Ryan datang. Jadi hanya ada mereka berdua di sana.

"Oke, aku akan minta ijin ke penjaga."

"Terima kasih, Ry."

"Sama-sama. Tidak perlu berterima kasih. Kita, kan, teman."

Ryan mengurus surat ijin untuk Nino. Lalu ia juga mengantar Nino sampai ke bawah. Setelah melihat Nino pergi dengan mobil. Senyumnya memudar, digantikan dengan ekspresi datar. Teman? Haha, jangan bercanda.

Ryan berbalik untuk masuk ke dalam sekolah. Ia melihat Vallen dan Deon. Yang berjalan ke arahnya sampai akhirnya mereka berpapasan. Vallen sama sekali tidak melirik ke arah Ryan. Entah memang Vallen tidak melihat atau pura-pura tidak melihat. Entah, Ryan tidak tahu. Yang jelas Ryan semakin kesal setiap melihat Vallen. Ia berbalik untuk melihat ke arah Vallen. Ia terkejut saat melihat Vallen sekarang yang tidak hanya berjalan dengan Deon, ada si kembar yang berjalan di belakang Vallen. Memang benar perkataan Nino. Vallen sekarang terlihat semakin dekat dengan si kembar. Ia juga sering melihat Vallen yang datang dan pergi semobil dengan si kembar. Ia mendengar jika Vallen sudah tidak tinggal di asrama sekolah. Jadi, dimana Vallen tinggal sekarang? Tidak mungkin di mansion Martinez, kan? Ryan langsung menepis pemikiran tentang Vallen yang tinggal di mansion Martinez. Ia berpikir jika itu tidak mungkin. Ia melanjutkan langkahnya melewati koridor.

Yang tidak diketahui Ryan adalah jika pemikiran sebelumnya tentang Vallen adalah benar. Tinggal menunggu waktu saja sampai semuanya tahu jika Vallen telah menjadi anggota keluarga Martinez.

###

Hoho, Vallen up nih,
Terimakasih juga buat semuanya yang udah memberikan dukungan dan sarannya tentang Vallen yang akan di bukukan.

Nanti akan diputuskan kalau Vallen sudah selesai ya

Jadi jangan lupa vote dan komen ya, supaya Inay tambah semangat up-nya🤭🤭🤭🤭




Another Cannon FodderWhere stories live. Discover now