24

20.7K 2.6K 150
                                    

Hohoho, apa kabar semuanya? Sehat? Pastinya sehat donk.




Vallen dan Hector duduk sebentar setelah menyelesaikan makan siang, mereka ingin bersantai sembari mencerna makanan yang baru saja mereka makan.

Hector merasakan getaran dari sakunya. Ia mengambil ponselnya, melihat nama dari bawahan kepercayaan. Ia menekan tombol hijau lalu menempel ponselnya di samping telinga kirinya.

Vallen melihat pamannya yang sedang mengangkat panggilan, ia dengan patuh diam tidak bersuara karena takut mengganggu pembicaraan.

Dari awal sampai panggilan berakhir, Hector tidak membuka suaranya tapi alisnya sedikit berkerut. Hector melihat ke arah Vallen. Valen yang dilihat seperti itu tentu saja bingung. Apakah ada yang salah darinya? pikir Vallen.

"Paman?" panggil Vallen.

"Hm?"

"Apakah ada yang salah?"

"Ada urusan mendadak yang mengharuskan Paman datang ke perusahaan."

"Kalau begitu, Paman pergilah. Vallen bisa pulang naik taxi."

Jika ujungnya Vallen pulang sendiri dengan taxi, bukankah semuanya akan percuma? Hector tidak mau meladeni adiknya lagi jika tahu Vallen pulang sendiri. Padahal, ia sudah setuju untuk menjemput Vallen. Tapi ini diluar prediksinya jika ia mendapat telepon dari bawahannya yang mengharuskannya datang ke perusahaan.

"Mau ikut paman ke perusahaan?"

"Vallen? Paman mengajak Vallen."

"Hm."

Vallen ingin menolak tapi ia tidak berani karena melihat wajah dan ekspresi sang paman. Jadi, ia akhirnya menyetujui permintaan sang paman, Vallen bisa melihat ekspresi pamannya yang sepertinya sedikit mengendur setelah ia menyetujui permintaan sang paman. Apakah itu hanya perasaan Vallen?

Bukan tanpa alasan Hector mengajak Vallen untuk ikut ke perusahaan karena arah mansion dan perusahaan berlawanan. Lagipula, ia bukan tipe orang yang biasa mengingkari janji. Ia sudah berjanji untuk mengantar Vallen sampai ke mansion. Jadi, tidak ada salah jika pulang sedikit lambat yang penting nantinya ia akan mengantar pulang Vallen ke mansion, kan?

Vallen melihat ke arah keluar jendela mobil. Ia hanya bingung kenapa sang paman mengajaknya ke tempat kerjanya. Mereka baru bertemu dan belum cukup akrab. Tapi sang paman sudah mengajaknya untuk pergi ke perusahaan. Tapi sekarang, Vallen tidak setakut saat pertama kali melihat sang paman. Ia tahu jika pamannya sebenarnya baik. Hanya semua itu ditutupi dengan wajah dingin sang paman.

Mereka tiba di sebuah bangunan menjulang tinggi. Vallen dibuat kagum saat melihatnya. Ia pernah datang ke perusahaan Johnson beberapa kali tapi ia merasa jika tempat kerja pamannya lebih besar dan tinggi. Apakah perusahaan ayahnya sama seperti ini?

"Paman, tempat kerja Ayah, apakah sama besarnya dengan disini?" tanya Vallen.

"Tentu saja, masih besar perusahaan Paman."

"Benarkah?"

"Hm."

Hector menuntun Vallen masuk dan menuju ke lift khusus. Reaksi Vallen sejak turun dari mobil sampai sekarang, tentu saja tidak lepas dari penglihatan Hector. Ia dibuat geli saat melihat semua ekspresi keponakannya itu.

Keduanya masuk ke sebuah ruangan dengan dibukakan seorang pria yang berpakaian hitam dan rapih. Vallen menebak jika pria itu bawahan dari sang paman.

Vallen duduk di sebuah sofa, Hector meneruskan jalannya dan duduk di kursi kebesarannya. Vallen melihat jika aura sang paman terlihat semakin berwibawa dan dingin, terkesan tidak tersentuh. Jika saja ia tidak kenal, ia pasti akan dibuat takut hanya dengan kehadiran sang paman. Untungnya, ia tahu jika sang paman tidak seburuk keliatannya. Pamannya baik padanya, jadi ia tidak perlu takut.

Another Cannon FodderWhere stories live. Discover now