9

25.2K 2.9K 116
                                    

Halo semuanya, sehat kan? Sehat donk.
Jangan lupa vote dan komen ya.
Typo tandai ya supaya bisa langsung diperbaiki.







Vallen sedang menunggu di ruangan yang sediakan untuk semua peserta yang mengikuti lomba sebelum memasuki ruangan ujian, ruangannya cukup besar untuk menampung lebih dari 40 peserta. Babak pertama adalah babak seleksi. Di babak ini hanya 20 peserta yang bisa lolos jadi akan ada setengah lebih yang akan tereliminasi.

Vallen sedang duduk di bagian paling ujung tidak ingin terlalu mencolok, lagipula ia tidak kenal siapapun kecuali Ryan yang tentunya tidak ingin dekati.

Baru Vallen berpikir seperti itu, Vallen merasakan seseorang duduk di sampingnya. Vallen mencoba untuk tidak menghiraukan kehadiran yang sedang duduk di sampingnya karena Vallen bisa menebak siapa.

Ryan yang duduk di samping Vallen merasa kesal karena tidak di gubris. Ryan yakin pasti Vallen tau jika ia yang duduk disampingnya tapi Vallen pura-pura tidak tahu. Akhirnya Ryan menendang sepatu Vallen untuk manarik ekstensi Vallen padanya.

Merasa kakinya di tendang, Vallen melihat ke arah samping, ia hanya ingin duduk tenang kenapa orang di sampingnya tidak paham dengan keinginannya.

Vallen bisa melihat senyum meremehkan Ryan yang diarahkan padanya. Vallen hanya bisa diam menunggu apa yang ingin Ryan katakan.

"Sekarang kamu pasti butuh uang kan? Itu sebabnya kamu ikut lomba ini."

"Kamu juga butuh uang? sebab kamu juga ikut lomba?" Vallen membalikkan pertanyaan pada Ryan.

Pertanyaan Vallen membuat Ryan tersedak, kenapa pertanyaannya berbalik pada dirinya sendiri.

"Jangan bicara omong kosong." Ryan mendelik tidak terima.

"Oh."

"Bagaimana kehidupan kamu sekarang?"

"Cukup tenang."

"Jangan bohong, sekarang kamu tahu kan bagaimana kehidupanku yang dulu. Sedangkan kamu dulu menikmati kekayaan yang seharusnya milikku."

"Tidak bohong. Dan mengenai soal itu, itu merupakan kecelakaan jadi tidak bisa kamu menyalahkanku sepenuhnya. Jadi aku tidak akan meminta maaf ."

"Kamu sekarang iri kan? semua yang dulunya milikmu sekarang menjadi milikku."

"Tidak." Vallen menjawab dengan cepat. Jika dulu sebelum ia mati sekali pasti ia akan merasa iri. Tapi sekarang ia tidak merasa iri sama sekali. Vallen sudah tidak menginginkan dan berharap apapun lagi pada keluarga Johnson.

Ryan yang mendengar ucapan Vallen tentu saja tidak akan percaya. Ia sangat yakin pasti Vallen sekarang sangat iri padanya, Vallen hanya berpura-pura saja.

"Tidak percaya, bagaimana keluarga kandungmu?"

Vallen menolak untuk menjawab dan kembali membaca buku yang ada ditangannya.

"Mereka pasti tidak menyukaimu kan? Itu sebabnya kamu lebih memilih tinggal di asrama."

"Bukan urusanmu," jawab Vallen tanpa mengalihkan pandangannya dari buku.

Ryan bertambah kesal melihat Vallen seolah tidak peduli.

"Lihat saja, aku akan memenangkan perlombaan ini."

"Hm."

Ryan berdiri dan sebelum berjalan meninggalkan Vallen, ia menampik buku yang sedang di baca Vallen hingga jatuh lalu pergi begitu saja.

Vallen menghela nafas panjang, ia mengambil buku yang terjatuh dan kembali membacanya. Ia tidak ingin ambil pusing dengan ucapan Ryan. Vallen menganggap ocehan Ryan layaknya nyamuk yang berdengung di telinganya, tidak ada manfaat. Jika dulu mungkin ia akan terpancing marah tapi sekarang Vallen sudah tidak ingin lagi meladeni Ryan. Ia hanya ingin hidup tenang. Ryan sudah mendapatkan kehidupan yang diinginkannya kenapa masih mengganggunya, Vallen tidak habis pikir dengan Ryan.

Penyeleksian di mulai, karena banyaknya siswa yang mengikuti lomba, peserta dibagi menjadi dua ruangan. Nanti para peserta akan diberikan soal dan diberi waktu yang telah ditentukan untuk menyelesaikan soal. Jika benar akan mendapat 2 poin, salah -1, tidak terjawab 0. Soal terdiri dari 50 soal dengan skor total 100 poin.

Waktu telah berjalan, ada 2 pengawas di setiap ruangan untuk menghindari kecurangan peserta. Ruangan sangat hening dan hanya terdengar suara kertas yang dibalik, pengawasan juga sangat ketat, pengawas ruangan sesekali akan berkeliling melihat para peserta.

Vallen merasa soal yang ada didepannya sangat mirip dengan soal-soal yang selama ini diajarkan kakak kembarnya. Dengan metode yang dianjarkan mereka juga membuat Vallen mengerjakan soal dengan mudah karena metode penyelesaian yang sangat simple dan ringkas yang sudah ia pelajari. Vallen mengerjakan soal dengan lancar dan ia menyelesaikan soal sebelum waktu ditentukan habis. Ia melihat peserta di sekelilingnya mengerjakan soal dengan wajah serius.

"Peserta no.5, kemana kamu melihat?"

Vallen membeku mendengar no pesertanya disebut. Pengawas yang tadi berbicara berjalan menghampiri Vallen yang terlihat gugup.

"Mencontek?"

"Tidak pak."

"Lalu kenapa kamu terlihat celingak-celinguk?"

"Em, begini pak. Vallen sudah selesai jadi Vallen hanya ingin melihat teman yang lain mengerjakan."

"Benarkah? Kamu yakin? Waktunya masih tersisa  lumayan banyak."

"Vallen yakin."

"Tidak perlu memeriksa ulang?"

"Tidak pak."

"Oke, sini bapak lihat dan cek."

Vallen memberikan lembar soal dan jawabannya pada pengawas. Pengawasan itu memeriksa lalu tersenyum puas melihat jawaban Vallen.

"Bagus, kamu boleh keluar dulu. Ini bapak ambil. Dan untuk lainnya silakan fokus mengerjakan soalnya."

Yang lainnya mulai merasa gugup melihat Vallen yang mengumpulkan lembar jawaban terlebih dahulu. Vallen mengucapkan terimakasih kasih sebelum keluar meninggalkan ruangan.

Dipojok ruangan ada Ryan yang menggenggam pulpen yang ada ditangannya dengan erat. Ia tidak terima Vallen terlihat begitu mudah mengerjakan soal bahkan selesai lebih awal. Ryan tidak mau kalah lalu mempercepat mengerjakan soal yang ada di depannya.

Hasil seleksi di umumkan pada hari yang sama. Hasil pengumuman di pajang di website resmi perlombaan. Jadi semua peserta bisa melihat dengan mudah.

Vallen membuka website dan melihat namanya berada di urutan paling atas. Vallen menatap tidak percaya, ia mencoba merefresh kembali halaman tapi hasilnya tetap sama.

Ahhh Vallen nomor satu!

Vallen sangat senang,ia mendapat nilai penuh, tidak sia-sia ia belajar giat selama ini. Ia juga tidak mengecewakan kakak kembarnya yang sudah sabar mengajarinya. Vallen tidak sabar memberitahukan hasil ini pada Deon dan ketiga kakaknya.

Ryan memasang wajah masam melihat hasilnya yang ada di urutan ke-10. Ia menatap tajam pada nama yang berada di urutan paling atas.

Tidak mungkin! aku tidak menerima ini. Bagaimana bisa Vallen lebih unggul dariku!

Setelah hasil seleksi diumumkan para peserta sudah diperbolehkan untuk pulang. Babak berikutnya akan diadakan dua hari kemudian.

Vallen keluar dari gedung perlombaan. Ia bisa melihat Deon yang melambaikan tangan ke arahnya, ada juga kakak tripletnya yang berdiri dengan tenang di samping Deon yang terlihat heboh.

Tapi siapa sangka akan ada kejadian tak terduga. Saat Vallen hendak menghampiri Deon dan kakaknya, sebuah mobil tiba-tiba saja melintas dan menyerempet tubuh Vallen yang mengakibatkan kepalanya terbentur trotoar cukup keras hingga kepalanya mengeluarkan darah.

"Vallen!" Teriak si kembar dan Deon secara bersamaan.

Orang yang berada disekitar yang melihat juga tidak bisa menahan pekikan saat melihat kejadian yang sangat cepat itu.

Vallen merasakan kepalanya sangat pusing dan telinganya berdengung sebelum kegelapan menghampirinya.








Huhuhu Vallen 😭

Ayo berdoa bersama.




10 Juli 2023

Another Cannon FodderNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ