22

21.1K 2.6K 163
                                    

Apa kabar semuanya? Sehat, kan? Pasti sehat dong.
Jangan lupa vote dan komen ya.
Typo tandai ya supaya bisa langsung diperbaiki.







Vallen berjalan bersama Deon, mereka baru saja membeli sesuatu di koperasi.

"Vall."

"Hm?"

"Gimana tinggal di mansion Martinez?"

"Maksudnya?"

"Ya barangkali aja, awalnya mereka baik terus setelah itu jadi berubah."

"De, kamu pasti jadi korban sinetron. Mereka tetap baik ko sama Vallen."

"Ya, kan, hanya tanya. Tidak ada salahnya, kan?"

"Mereka semua baik dan tidak ada yang berubah. Vallen malahan merasa semakin nyaman. Meskipun paman terlihat dingin." Vallen membayangkan wajah datar pamannya.

"Paman?"

"Iya, paman. Kakaknya ayah, paman terlihat dingin dan selalu memasang wajah tanpa ekspresi tapi ayah bilang, paman sebenarnya baik." jelas Vallen.

"Seperti si kembar?"

"Tidak, Kakak tidak seperti itu. Darimana kakak terlihat tanpa ekspresi?"

Oke, sekarang Deon merasa jika temannya perlu dibukakan matanya, kah? Si kembar jelas memiliki wajah datar tanpa ekspresi tapi Vallen menyangkalnya! Ya, meskipun si kembar akan terlihat lebih lembut jika berada di sekitar Vallen. Padahal dulu Vallen juga pernah mengatakan jika si kembar selalu memasang wajah tanpa ekspresi. Tapi, sekarang Vallen menyangkalnya. Deon benar-benar tidak habis pikir. Apakah ini yang disebut kakak memiliki kesan baik untuk seorang adik. Entahlah.

"Oke, oke, terserahmu saja Vall."

"Memang, kan?"

"Iya Vall, iya. Ngomong-ngomong paman kamu juga tampan?"

"Em, tampan."

"Wah memang gen Martinez tidak akan pernah mengecewakan. Tampan mana sama om Hugo?"

"Paman sedikit lebih tampan, hanya sedikit," jelas Vallen. Memang pamannya sedikit tampan. Tapi menurutnya, ayahnya yang paling tampan. Eh, kakak-kakaknya juga tampan. Ah! Semuanya tampan! Vallen juga tampan, kan?

"Aku jadi penasaran."

"Kalau penasaran, nanti mau ikut ke mansion? Paman bilang hanya seminggu disini."

"Ah, tipikal orang sibuk, ya."

"Ya, begitulah. Kata ayah, memang paman jarang pulang ke mansion. Kalaupun pulang hanya sebentar."

Deon menganggukkan kepalanya tanda paham. Memang semakin besar sebuah keluarga, semakin sibuk mereka.

Keduanya berbincang sampai tiba-tiba mereka menabrak seseorang yang tiba-tiba muncul dari belokan.

"Ah, maaf. Kami tidak senga—" ucapan Vallen terjeda setelah melihat siapa yang mereka tabrak.

"Kalian sengaja, kan?" ucap Ryan.

"Eh, jangan asal tuduh. Kamu yang tiba-tiba muncul. Jadi, kami tidak sepenuhnya salah. Lagipula Vallen sudah meminta maaf," jelas Deon.

"Aku tahu, pasti kamu masih marah, kan? Karena sekarang, aku sudah pindah ke mansion Johnson. Kamu masih tidak terima?" tuduh Ryan yang pastinya diarahkan ke Vallen.

Vallen sendiri bingung, kenapa arah pembicaraan menjadi kesana? Ia sama sekali tidak menyinggung tentang itu. Ia sudah tidak memikirkan soal itu lagi. Sekarang, ia sudah melepaskan semuanya masa lalunya. Ia sudah berdamai dan tidak lagi merasa marah ataupun iri lagi pada Ryan. Sekarang, ia sudah memiliki keluarga yang lebih baik dan menyayanginya. Ia tidak perlu lagi mencari cara untuk menarik perhatian. Semua itu tidak lagi dibutuhkannya.

Another Cannon FodderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang