43

13.1K 1.8K 109
                                    

Halo semuanya sehat kan sehat dong

Typo tandai ya supaya bisa langsung diperbaiki

###

Vallen dan Deon berhenti di halte tidak jauh dari sekolah mereka, Vallen masih bungkam.

"Vall, kenapa kita turun di sini?"

Vallen tetap terdiam tidak menjawab ucapan Deon, suasana hatinya bertambah buruk dan pikirannya semakin kacau, yang diinginkannya saat ini adalah ketenangan dan ia ingin sendiri.

Vallen terus melangkah, Deon mengikuti Vallen dari belakang. Arah yang mereka tuju sepertinya ke asrama keduanya tinggal sebelumnya, pikir Deon. Tapi, kenapa Vallen ingin pergi ke sini? Di akhir pekan, semua murid akan kembali ke rumah mereka masing-masing dan kemungkinan asrama saat ini mungkin kosong. Jika pun ada, hanya satu dua siswa yang masih ada di asrama.

Pintu asrama menggunakan kode, Vallen masih mengingat kode pintu masuk asramanya. Ia juga yakin jika kedua teman seasramanya pasti pulang ke rumah dan saat ini pasti asramanya kosong. Vallen dengan cepat menekan kode lalu terdengar konfirmasi dan pintu terbuka, Vallen masuk dan langsung menutup pintu meninggalkan Deon yang tercengang dan terdiam berdiri sendirian di depan pintu asrama mereka sebelumnya. Deon juga masih ingat kode pintu asramanya jadi ia dengan cepat menekan kode pintu, kunci asrama terbuka tapi ia tidak bisa membukanya pintunya karena terkunci dari dalam, Deon tidak bisa masuk.

"Vallen! buka pintunya! Aku juga ingin masuk, ada apa denganmu sebenarnya? Ayo kita bicara, jangan seperti ini, Vall. Bicaralah."

"Saat ini aku sedang ingin sendirian," jawab Vallen yang saat ini bersandar di balik pintu.

"Vall, apa yang kamu bicarakan dengan tante Melani? Ayo kita bicara, jangan kamu pendam sendiri seperti ini, kita teman, Vall."

"De, maaf, tapi saat ini, aku benar-benar butuh ketenangan dan aku ingin sendiri."

Hanya keheningan, Deon tidak lagi bertanya. Ia tidak tahu apa yang menyebabkan Vallen seperti ini, tapi ia mencoba mengerti jika temannya menginginkan ketenangan, ia akan diam. Ia akan menunggu Vallen berbicara sendiri padanya, ia tidak ingin memaksa Vallen

Setelah keheningan, Deon samar-samar mendengar isakan dari balik pintu, ia menebak mungkin saat ini Vallen sedang menangis tapi dia tidak tahu apa yang menyebabkan temannya menjadi sedih seperti ini.

"Vallen," panggil Deon sekali lagi.

Hanya terdengar isak tangis yang semakin keras, Deon duduk bersandar pada pintu seperti halnya Vallen yang saat ini sedang duduk bersandar di dalam, keduanya hanya dipisahkan sebuah pintu.

"Alle, Deon di sini, jika Alle ingin menangis, menangislah, tidak apa-apa. Deon akan menunggu sampai Alle merasa lebih baik," ucap Deon.

Alle merupakan panggilan Vallen sewaktu kecil dari Deon. Tapi setelah mereka masuk ke sekolah menengah pertama, Vallen menolak dipanggil 'Alle'. Menurut Vallen, panggilan itu terlalu feminim.

Deon melipat kedua kakinya lalu meletakkan dagunya di atas tumpukan lengan yang ia letakkan di atas lutut.

Terdengar isakan tangis di dalam balik pintu cukup lama, Deon dengan sabar menunggu temannya agar merasa lebih baik. Ia tidak melarang temannya untuk menangis, biarkan temannya untuk melampiaskan emosinya dengan menangis.

Setalah tidak lagi terdengar isakan tangis, Deon mengetuk pelan pintu, "Alle, sudah merasa lebih baik?"

Tidak ada jawaban dari balik pintu, tapi Deon yakin, Vallen mendengar ucapannya.

"Jika sudah, ayo keluar."

Setelah terdiam beberapa saat, terdengar kode di tekan lalu pintu terbuka.

Deon langsung berdiri menghadap ke arah pintu, dari celah pintu, ia bisa melihat wajah sembab temannya. Deon langsung menarik Vallen dan memeluknya.

Another Cannon FodderTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon