Chapter 3

1.3K 196 29
                                    

Aku merenungkan perkataan orang yang kutemui tadi. "Pohon dunia? Bukannya aku tidak tahu apa itu, tapi aku bingung di mana harus mencarinya. Di novel hanya diceritakan bahwa Lucas pergi ke suatu tempat untuk mengambil buah pohon dunia, tapi tempat itu tidak disebutkan sama sekali."

Tiba-tiba aku teringat sesuatu. "Itu dia, Lucas! Aku tinggal mencarinya dan meminta tolong padanya untuk mengambilkan pohon dunia."

Seseorang pun muncul tanpa pemberitahuan. "Orang yang kau temui tadi adalah Lucas, bodoh!"

Aku menoleh ke orang itu. "Tuan? Jadi anda adalah Lucas?!"

Senyum miring tercetak jelas di wajah tampannya. "Iya, aku adalah Lucas. Pemimpin Menara Sihir."

Alisku bertaut mendengarnya. "Bukankah pemimpin Menara Sihir sudah mati beberapa tahun yang lalu?"

Helaan nafas terdengar dari pria berambut panjang itu. "Kau benar-benar bodoh rupanya. Aku harap kebodohanmu itu tidak menurun ke anakmu kelak."

Aku merasa sangat bingung saat ini. Yang aku tahu pemimpin menara memang sudah mati sejak lama, tapi orang di hadapanku ini mengaku bahwa dia adalah pemimpin Menara Sihir.

Aku memang tidak tahu bagaimana ciri-ciri pemimpin Menara Sihir yang dulu, maka dari itu aku tak bisa mengatakan kalau orang itu sepenuhnya berbohong.

Pria itu memberikan sebuah buku tebal padaku. "Makanya jangan hanya membaca novel percintaan, bodoh! Gunakanlah fasilitas istana ini dengan baik."

Dia bahkan tahu kalau aku suka membaca novel romance? Benar-benar mengejutkan.

"Baca itu." Dia pun pergi begitu saja setelahnya.

"Aneh. Seperti hantu saja, datang tiba-tiba dan pergi tiba-tiba," gumamku.

Aku pun membaca buku yang diberikan oleh pria tadi.

Berjam-jam telah aku habiskan hanya untuk membaca buku yang sangat tebal ini. Akhirnya aku menyelesaikannya juga dan berhasil membaca semuanya dalam semalam. Ternyata pria itu benar-benar adalah Lucas sang pemimpin Menara Sihir yang menggantikan gurunya.

Namun masih ada pertanyaan yang bersemayam di pikiranku. Kenapa buku sejarah mengatakan kalau pemimpin Menara Sihir sudah mati bertahun-tahun lalu? Apakah ada kesalahan dalam sejarah?

Tanpa aku sadari ternyata matahari sudah terbit. Ah aku tidak sengaja begadang. Kalau Lily tahu hal ini, dia pasti akan marah.

Tiba-tiba pintu terbuka. Dengan gerakan cepat, aku langsung berpura-pura tidur.

Lily membangunkan dengan pelan. "Yang mulia permaisuri, sudah waktunya anda harus bangun."

Aku menggeliat, berpura-pura layaknya orang yang sedang tertidur. "Selamat pagi, Lily."

"Selamat pagi, yang mu—astaga, yang mulia permaisuri?! Mengapa mata anda sangat bengkak? Apakah anda tidak tidur semalaman?!" Lily nampak terkejut melihat mataku yang bengkak.

Aku terlonjak kaget mendengar suaranya yang keras itu. "Bagaimana Lily bisa tahu?"

"Mata anda bengkak sekali, kalau yang mulia tahu dia akan marah," ucap Lily.

Mendengar itu, aku pun menjadi panik. "Aku harus bagaimana, Lily? Aku terlalu asik membaca buku dan tanpa sadar hari sudah mulai pagi."

"Saya akan mengompresnya dengan air dingin. Semoga bisa mereda sedikit dengan itu." Lily bergegas mengambil sekantung es batu dan membalutnya dengan kain. Lalu menempelkannya di mataku.

25 menit aku mengompresnya, tapi bengkaknya hanya mereda sedikit. Habislah sudah, Claude pasti marah melihat ini.

"Sudah saya bilang jangan begadang, yang mulia permaisuri. Selain tak bagus untuk kecantikan, itu juga tak baik untuk kesehatan janin anda," tegur Lily.

Reinkarnasi Diana ( END )Where stories live. Discover now