Chapter 41

158 20 0
                                    

POV DIANA

Entah sudah berapa lama aku ada di sini dan ayah Aeternitas tidak kunjung datang.

"Ke mana ayahmu, Aeternitas?! Sampai kapan aku harus ada di sini?!" tanyaku yang mulai tak sabar.

"Mana aku tahu. Kau pikir aku juga mau ada di sini?" sahutnya.

Aku mengacak rambut frustasi. Aku merindukan keluarga kecilku, pelayanku, ksatriaku, dan penyihir-penyihirku.

"Kira-kira sedang apa mereka ya?" gumamku.

"Kau penasaran?" tanya seseorang.

"Suara siapa itu?!" Aku mengedarkan pandanganku untuk mencari sumber suara itu.

"Apa sih? Tidak ada suara apapun di sini," ucap Aeternitas.

"Kamu tidak mendengarnya?" tanyaku.

"Mendengar apa? Kamu halusinasi, Diana," balas Aeternitas.

"Tidak. Aku benar-benar mendengar ada suara seseorang," tegasku.

Aeternitas menggelengkan kepalanya. "Kau benar-benar menjadi gila karena sudah terlalu lama di sini, Diana."

Sepertinya yang dikatakan oleh Aeternitas benar. Lupakan sajalah.

"Diana." Suara itu muncul lagi.

"Aeternitas, suaranya muncul lagi. Kali ini benar-benar nyata dan terdengar sangat dekat!" kataku.

"Apa yang kamu bicarakan sih?!" Aeternitas mulai merasa kesal karena tak mendengar apapun.

"Aku di belakangmu," ucap suara itu lagi. Aku menoleh ke belakang dan...AAAAAA

Aeternitas menutup telinganya. "Kenapa teriak-teriak sih?!"

"Di belakangmu, Aeternitas," kataku.

Aeternitas menoleh ke belakang dan dia sama terkejutnya denganku. "Siapa kau?!"

"Aku? Kira-kira siapa aku?" tanyanya.

"Jangan bercanda!!" bentak Aeternitas.

"Diana tahu siapa aku," sahutnya.

Aku mencoba meneliti orang itu. "Kamu dewa yang itu, kan?!"

"Ternyata kamu masih mengingatku, tapi cukup lama untuk menyadarinya ya," ucapnya.

"Dewa? Dewa apa?" tanya Aeternitas tak mengerti.

Aku menghiraukan pertanyaan Aeternitas dan menatap dewa itu. "Untuk apa kamu ke sini?"

"Aku ingin mengucapkan selamat padamu, Diana," katanya dengan raut wajah senang.

Aku mengernyitkan kening. "Selamat? Selamat untuk apa?"

"Selamat karena telah berhasil menyelesaikan masalah besar yang terjadi," sambungnya.

"Sebenarnya masalah besar itu apa? Aku masih tidak tahu sampai sekarang," tanyaku.

"Kamu masih belum mengerti juga? Baiklah akan aku beritahu. Masalah besar yang akan menimpa Obelia adalah seseorang yang ada di sampingmu itu," jawabnya.

"Aeternitas? Tapi kenapa? Aku masih tidak mengerti kenapa Aeternitas menjadi masalah besar bagi Obelia," tanyaku lagi.

"Biarkan aku menunjukkan sesuatu padamu. Pejamkan matamu, Diana!" perintahnya.

Aku mengikuti perkataannya dan memejamkan mataku.

"Sekarang bukalah matamu."

Saat membuka mata, suasana di sekitarku berbeda dari yang tadi. Tunggu, aku merasa deja vu dengan ini.

Reinkarnasi Diana ( END )Where stories live. Discover now