Chapter 40

145 22 0
                                    

POV CLAUDE

"Kenapa Diana belum juga bangun sedangkan Zenith sudah?" tanyaku.

"Saya tidak tahu, yang mulia. Tidak ada yang bermasalah dengan tubuh yang mulia permaisuri," jawab Lucas.

Mataku membelalak. "Tidak ada yang bermasalah?! Tangan Diana sedingin es!"

"Itu karena tubuh yang mulia permaisuri kosong, yang mulia," sahut penyihir berambut pirang itu.

Aku mengacak rambut frustasi. "Sial. Apakah kalian tidak bisa memikirkan cara untuk mengembalikan jiwa Diana?!"

"Hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya, yang mulia. Maka dari itu saya tidak memiliki pengetahuan tentang hal tersebut," jawab para penyihir itu.

"Lalu kapan Diana akan bangun? Apakah bertahun-tahun lamanya lagi seperti waktu itu?" tanyaku lagi.

"Hanya waktu yang bisa menjawabnya, yang mulia," balas mereka.

"Sekarang kalian keluarlah. Aku ingin berdua dengan istriku," ucapku.

"Baik, yang mulia." Mereka semua keluar dan membiarkan aku berdua dengan Diana.

Aku menggenggam tangannya dan mencium punggung tangannya. "Sampai kapan kamu terus tertidur seperti ini, Diana?"

Aku berusaha menahan air mataku agar tidak jatuh. "Bukankah kamu bilang kalau kamu bisa dan akan baik-baik saja? Bukankah kamu sudah berjanji tidak akan meninggalkan aku lagi? Mana buktinya, Diana?"

Tidak bisa, aku tidak bisa menahan air mata ini untuk tidak jatuh. Air mata sudah membasahi pipiku. Sungguh menyakitkan melihat Diana tertidur lemas seperti ini. "Kamu berbohong, Diana."

POV AUTHOR

Beberapa hari kemudian...

Zenith telah pulih sepenuhnya, tapi kondisi Diana masih seperti sebelumnya. Tidak memburuk, tapi tidak membaik juga.

Saat ini Athanasia dan Zenith sedang berada di taman pribadi milik Diana. Kedua remaja itu sedang menghabiskan waktu bersama sembari menikmati segelas teh hangat yang telah diseduh oleh para pelayan.

"Aku merindukan, bibi Diana," gumam Zenith.

"Aku juga merindukan ibu, Zenith," sahut Athanasia.

"Kapan bibi Diana akan bangun?" tanyanya.

"Entahlah, Zenith. Hanya waktu yang bisa menjawabnya," balas Athanasia.

"Sepertinya bibi Diana lelah sekali sampai tertidur sangat lama seperti ini," celetuk Zenith.

"Iya ya. Menjadi permaisuri bukanlah hal mudah," timpal Athanasia disertai kekehan.

Mereka berdua tertawa, tapi ada kesedihan di mata mereka.

Tiba-tiba seseorang datang dan memberi salam pada keduanya. "Berkat dan kemuliaan di atas matahari empire obelia."

Athanasia menoleh ke arah sumber suara. "Tuan muda Alpheus?"

"Bukankah saya sudah bilang panggil saja Ijekiel?" ujarnya.

"Ah iya aku lupa," sahut Athanasia.

"Ada apa tuan Ijekiel ke sini?" tanya Zenith.

"Saya sedang menemani ayah saya ke istana dan kebetulan melihat para nona cantik ini di taman pribadi milik yang mulia permaisuri. Ah sebelumnya maafkan saya karena lancang masuk ke sini. Saya tahu taman pribadi milik yang mulia permaisuri tidak bisa dimasuki oleh sembarang orang," tuturnya.

"Kalau anda tahu kenapa anda masih memaksa untuk masuk?" Athanasia menatap Ijekiel dengan tatapan tajam.

"Athy, jangan seperti itu!" tegur Zenith.

Reinkarnasi Diana ( END )Donde viven las historias. Descúbrelo ahora