Chapter 19

273 56 11
                                    

Malam harinya, kami semua makan malam bersama dengan menu ikan bakar yang dibuat oleh Penelope, aku, dan juga Lily. Seperti ucapan Penelope sebelumnya kalau kita akan membuat ikan bakar bersama-sama untuk makan malam.

Makan malam itu sangat spesial karena kami semua duduk bersama dan mengobrol bersama dengan santai. Tak ada tata krama di sini dan tak ada bahasa formal yang digunakan.

Selesai makan malam, Zenith meminta untuk tidur bersama Athanasia berdua saja. Berhubung ada kamar kosong yang tersisa, jadi Penelope mengizinkannya. Kami semua kembali ke kamar masing-masing setelah makan malam. Tidak ada sesi mengobrol karena semuanya merasa sangat lelah hari ini dan memutuskan untuk langsung beristirahat.

"Claude, aku ingin ke kamar Athanasia dan Zenith sebentar," ucapku.

"Untuk apa?" tanyanya.

"Aku hanya ingin bermain dengan mereka sebentar. Aku khawatir mereka masih takut dengan kejadian tadi siang," jawabku.

Aku dan Penelope sudah menjelaskan apa yang terjadi tadi. Claude, kak Anas, dan Felix terlihat sangat terkejut. Claude dan kak Anas tentu saja menceramahi Athanasia dan Zenith tapi dengan nada yang lembut.

Berbeda dengan Felix, dia berbicara dengan nada yang tegas sehingga membuat dua gadis kecil itu ketakutan.

Jujur saja baru kali ini aku melihat sosok Felix yang seperti itu. Biasanya Felix selalu bersikap lembut dan tak pernah marah. Mungkin karena dia terlalu khawatir dengan mereka berdua sehingga memperingati mereka dengan tegas agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi.

"Baiklah, tapi jangan terlalu lama karena aku tidak mau ditinggal olehmu lama-lama," ujar Claude.

"Tidurlah duluan kalau kau sudah mengantuk. Aku tahu kalau kau sangat lelah. Jangan menungguku," ucapku.

Claude menggeleng. "Tidak, aku akan menunggumu kembali."

"Ya sudah. Kalau gitu aku ke kamar Athanasia dan Zenith dulu ya." Aku keluar dari kamar dan menghampiri kamar sebelah yang tak lain adalah kamar yang ditempati oleh Athanasia dan Zenith.

Aku mengetuk pintu kamar tersebut secara perlahan.

"Masuk saja. Pintunya tidak dikunci," ucap Zenith dari dalam.

Aku masuk dan melihat kalau mereka berdua sedang asik bermain boneka.

"Apakah aku mengganggu kalian bermain?" tanyaku.

Zenith menggelengkan kepalanya. "Tidak, bibi tidak mengganggu kami. Benarkan Athy?"

"Iya, ibu tidak mengganggu kami sama sekali kok," jawab Athanasia.

"Syukurlah kalau begitu," kataku lega.

"Apa yang ibu lakukan ke kamar kami? Apakah ibu akan tidur di sini? Tapi bukannya ayah tidak bisa tidur kalau tidak di samping ibu?" Gadis kecil itu nampak berpikir keras.

"Ada yang ingin ibu bicarakan. Tidak akan lama kok dan setelah itu ibu akan kembali ke kamar," ujarku.

"Apa yang ingin bibi bicarakan?" tanya Zenith.

"Bibi ingin membicarakan tentang kejadian tadi. Apa ada sesuatu yang tidak biasa terjadi saat kalian berenang tadi?" tanyaku.

Mereka menjawab bersamaan. "Tidak ada."

"Kalian yakin?" tanyaku lagi.

"Iya, tapi bibi, apakah kalian menyadarinya lama? Kenapa kalian baru sadar waktu kami sudah hampir di tengah laut? Zenith merasa belum terlalu lama berenangnya, tapi kenapa sudah sejauh itu ya?" Zenith nampak berpikir keras.

"Tidak juga. Kami langsung menyadari saat tidak mendengar suara kalian," jawabku.

"Kalau begitu harusnya kalian menyadari saat kami belum terlalu jauh, tapi kenapa waktu kalian mencari, Zenith dan Athy sudah hampir di tengah laut ya?" tanya Zenith kebingungan.

Reinkarnasi Diana ( END )Where stories live. Discover now