Chapter 5

1K 156 1
                                    

Felix bergegas membawaku ke kamar. Sama di perjalanan, dia terus mengatakan padaku untuk tetap bertahan dan sadar.

Jujur saja sulit bagiku untuk tetap sadar karena nafasku memburu. Aku berusaha menghirup oksigen sebanyak-banyaknya, tapi tidak pernah cukup. Seakan ada pintu yang menghalangi oksigen untuk masuk ke paru-paruku. Begitu sesak, aku tidak sanggup. Rasanya ingin tertidur saja agar tak merasakan hal menyakitkan ini.

"Felix, tolong panggilkan yang mulia. Aku sudah tidak kuat," ucapku yang sudah mulai menyerah.

Felix menggelengkan kepalanya. "Tidak, yang mulia permaisuri. Anda pasti kuat! Yang mulia sedang dalam perjalanan ke sini. Anda tahu? Beliau langsung berlari seperti orang kesetanan saat mendengar kabar yang mulia permaisuri."

Lily hanya menangis dan menggenggam tanganku sekuat tenaga seakan tidak memperbolehkanku untuk pergi ke manapun.

"Yang mulia permaisuri, anda harus bertahan," kata Lily di sela tangisnya.

"Aku sudah tak kuat lagi," sahutku.

Brakk! Pintu terbuka dengan lebar dan menampilkan Claude dengan wajah berantakan.

Aku bertanya-tanya kenapa wajahnya segitu berantakannya padahal pria itu adalah orang yang selalu memperhatikan penampilan.

Claude langsung menghampiriku dan menggenggam tanganku. "Diana, apa yang terjadi? Kenapa kau seperti ini?"

"Yang mu-lia, saya minta ma-af," ujarku.

Claude menggelengkan kepalanya cepat. "Apa maksudmu minta maaf? Kau tidak salah apapun, justru aku yang minta maaf karena telah mengabaikanmu akhir-akhir ini. Aku janji tidak akan melakukannya lagi, tapi aku mohon bertahanlah."

"Sa-saya su-sudah ti-dak kuat, yang mu-lia," kataku terbata-bata akibat kesulitan bernafas.

"Berhenti berbicara omong kosong, Diana." Claude mengalihkan pandangannya pada ksatriaku itu. "Felix, cari penyihir itu sampai ketemu. Secepatnya!"

"Tidak!" larangku.

"Diana, jangan berulah sekarang!" omel Claude.

"Ti-dak, yang mulia. Rela-kanlah saya per-gi ya?" Bukan tanpa alasan aku berkata seperti ini. Aku benar-benar tak kuat menahan luapan mana milik Athanasia yang terus bersemayam di dalam perutku.

Sekarang aku tahu kenapa Diana sampai meninggal akibat melahirkan Athanasia karena rasanya memang se-menyakitkan itu.

"Tidak, Diana! Sampai kapan pun aku tidak akan membiarkanmu pergi!" tegas Claude.

"Baru saja kita bertemu tadi dan sekarang kau terlihat seperti orang yang sudah mau mati," ucap seseorang.

Claude langsung menghampiri seseorang itu dan meremas pundaknya. "Hei penyihir, tolong selamatkanlah istriku. Aku akan melakukan apapun asal istriku selamat."

Lucas menepis tangan Claude. "Bagaimana dengan bayinya?"

Claude terdiam sejenak. "Tolong selamatkanlah juga bayi jika memungkinkan."

"Bukankah sebelumnya anda tidak menginginkan bayi itu?" tanya Lucas.

"Aku bukannya tidak menginginkan bayi itu...hanya saja aku terlalu khawatir dengan Diana, tapi sekarang ada kau di sini jadi aku percayakan mereka padamu," jawab Claude.

"Coba anda berpikir seperti itu dari dulu. Maka insiden ini tidak akan terjadi," ketus Lucas.

Setelah itu Lucas menghampiriku. "Bertahanlah bodoh, aku akan membantumu."

Lily bersujud di hadapan Lucas. "Tuan penyihir, tolong selamatkan yang mulia permaisuri dan bayinya. Saya memohon kepada anda."

"Aku akan menyelamatkan keduanya. Sekarang semuanya keluar!" perintah Lucas.

Reinkarnasi Diana ( END )Where stories live. Discover now