Chapter 22

258 53 0
                                    

POV AUTHOR

Semuanya nampak terkejut melihat sikap gegabah Diana. Padahal baru saja dijelaskan konsekuensi dari pemakaian mana yang berlebihan.

"Sial! Felix carikan kuda untukku! Aku akan menunggang kuda ke Obelia. Itu akan lebih cepat daripada naik kereta kuda," perintah Claude.

"Baik, yang mulia." Felix bergegas pergi dan melaksanakan perintah sang kaisar.

"Sialan!" Claude mengacak rambutnya frustasi melihat tingkah istrinya yang terlalu gegabah itu.

Anastasius yang melihat adiknya frustasi seperti itu pun berusaha menenangkannya. "Tenanglah Claude. Diana melakukan itu karena dia mengkhawatirkan Athanasia. Aku yakin dia pasti bisa bertahan. Dia adalah wanita kuat, Claude."

Claude menatap tajam sang kakak laki-laki. "Bagaimana kalau dia tidak bisa bertahan? Kau dan aku tahu dengan jelas resikonya, kan?!"

"Kau seorang kaisar, Claude! Jangan sampai perasaamu itu mempengaruhi pikiranmu!" bentak Anastasius. Bukan tanpa sebab pria itu membentak adiknya sendiri, tapi adik laki-lakinya itu mulai tak terkendali dan dia harus menghentikannya.

"Ibu," panggil Zenith.

Merasa terpanggil, Penelope langsung menoleh ke putrinya. "Iya Zenith?"

"Zenith mau mengakui sesuatu." Gadis itu menghirup nafas dalam-dalam. "Sebenarnya Zenith bisa sihir. Tadi sihir Zenith sempat keluar. Sihir itu bilang kalau paman Claude mengambil tahta yang seharusnya milik ayah. Zenith tahu kalau itu tidak benar karena ibu sudah pernah menceritakannya, tapi sihir itu menyentuh tangan Zenith dan setelah itu Zenith tidak tahu apa yang terjadi setelahnya. Apakah mungkin saat itulah sihir mengambil alih tubuhku, ibu?"

Dia cukup terkejut dengan pengakuan putrinya itu. Dengan berat hati Penelope menganggukkan kepalanya.

"Jadi Zenith yang membuat bibi Diana kehilangan banyak mana?" tanyanya.

"Tidak, sayang. Itu tidak benar," jawab Penelope.

"Tapi kalau Zenith tidak mengalami itu, bibi Diana tidak akan menggunakan sihirnya dan kehilangan banyak mana. Bibi Diana bisa membawa Athy kembali ke Obelia tanpa menanggung resiko apapun," gumam Zenith.

Mendengar ucapan anaknya membuat hati Penelope merasa sakit. Dia memeluk putri satu-satunya itu dan menangis. "Kamu mengerti terlalu banyak, Zenith."

"I-ibu ini semua terjadi karena Zenith..." lirihnya.

"Tidak, Zenith. Kamu tidak salah. Kita tidak tahu kalau sihir itu akan mengambil alih tubuhmu," sahut Penelope.

"Sempat keluar? Apa maksudnya itu?" tanya Claude.

"Walaupun Zenith bisa sihir, tapi Zenith tidak bisa mengontrolnya semau Zenith. Sihir itu bisa melakukan hal lain yang dia mau, tapi tidak pernah membahayakan Zenith," jelasnya gadis berambut coklat itu.

Saat Claude ingin bertanya lebih lanjut, Felix datang dan memberitahu kalau kudanya sudah siap.

"Kita akan membicarakan ini lagi nanti. Aku dan Felix akan pergi duluan ke Obelia dan sisanya naiklah kereta kuda. Zenith harus dibawa ke Obelia karena di sana ada penyihir hebat yang akan menangani sihir Zenith." Claude dan Felix bergegas pergi.

POV DIANA

Akhirnya aku sampai di istana dalam waktu singkat.

Para pelayan yang melihat kedatanganku secara tiba-tiba sangat terkejut. "Yang mulia permaisuri?! Kenapa anda tiba-tiba ada di sini? Bukankah anda sedang berlibur bersama yang mulia?"

"Jangan banyak bertanya, di mana Lucas?" tanyaku.

"Tuan Lucas ada di menara sihir, yang mulia permaisuri," jawab pelayan itu.

Reinkarnasi Diana ( END )Donde viven las historias. Descúbrelo ahora