Chapter 30

257 53 0
                                    

Hanya perlu hitungan detik kami pun sampai di istana.

"Jadi, di mana pintu rahasianya?" tanya Erez.

"Sabar. Aku sedang mencarinya," sahutku.

Matanya langsung mendelik. "Mencarinya?! Bukankah tadi kamu bilang kalau kamu tahu pintu rahasianya?!"

"Diamlah Erez! Kamu terlalu berisik! Aku tahu pintu rahasianya, tapi waktu itu sudah ditutup oleh Lucas jadi cukup sulit untuk menemukannya sekarang," jelasku.

"Cepatlah, kita tidak bisa berlama-lama di sini," desak Erez.

"Aku tahu." Aku mencoba mencari lagi pintu rahasia itu. Beruntungnya pintu itu ketemu. "Nah, itu dia!"

"Kecil sekali pintunya," kata Erez setelah melihat pintunya.

"Namanya juga pintu rahasia. Kalau terlalu besar, orang-orang pasti dapat menemukannya dengan mudah," sahutku.

"Mana cukup untuk kita berdua," sambungnya.

"Cukup. Kamu masuk duluan, baru aku," jawabku.

"Ta—"

"Sudahlah, tak ada tapi tapi. Kamu yang bilang sendiri kalau kita tidak punya banyak waktu jadi cepatlah masuk!" potongku.

"Setelah aku masuk, kamu juga harus segera masuk. Jangan coba-coba untuk berkeliaran!" peringatnya.

"Iya, sudah cepat masuk sana!" perintahku.

Erez pun masuk dan kemudian aku menyusulnya. "Lihat. Aku tidak kabur, kan?!"

"Cepat kita masuk ke istana dan mencari informasi," kata Erez menghiraukan ucapanku tadi.

"Iya iya. Dasar tidak sabaran!" balasku.

Aku dan Erez bergegas masuk ke istana. Lalu di sinilah kita berada, di halaman belakang istana.

"Omong-omong, ke mana kita akan pergi?" tanyaku.

"Ke ruangan raja itu," jawab Erez.

Mendengar itu, aku langsung menghentikan langkahku. "Kau gila?! Kita tidak akan bisa masuk. Ruangan Claude adalah ruangan paling sulit untuk dimasuki!"

Erez juga menghentikan langkahnya. "Lalu bagaimana? Hanya itu rencana yang aku punya."

Aku tercengang mendengar perkataannya itu. Bisa-bisanya dia hanya menyiapkan satu rencana. "Erez, aku tidak tahu kamu ini pintar atau bodoh."

"Tentu saja aku pintar," jawabnya cepat.

"Lalu kenapa kamu tidak membuat rencana lain?! Kenapa hanya membuat satu rencana saja?!" kesalku.

"Aku tidak tahu kalau akan ada kejadian seperti ini." Erez menundukkan kepalanya. Sepertinya dia merasa bersalah, entahlah. "Lalu kita harus bagaimana, Diana? Tidak mungkin kita pulang tanpa mendapatkan informasi apapun."

Aku memijat pelipisku. "Biarkan aku berpikir sebentar."

"Terlalu lama," ucapnya.

Mendengar itu, aku langsung menatapnya tajam. "Lalu apa kau memiliki rencana lain?!"

Pria itu menggelengkan kepalanya.

"Kalau begitu berikan aku waktu sebentar untuk berpikir! Jangan banyak bicara!" Aku mencoba mencari solusi dari masalah ini. Tiba-tiba sebuah ide pun muncul di otakku. "Aku tahu! Aku akan berpura-pura menjadi pelayan dan masuk ke dapur."

Alisnya bertaut. "Untuk apa kau ke dapur? Tolonglah Diana, ini bukan waktu yang tepat untuk mencari makanan."

Aku yang sudah sangat kesal dengan Erez pun memukul kepalanya itu.

Reinkarnasi Diana ( END )Where stories live. Discover now