Chapter 20

281 61 10
                                    

Saat matahari terbit, aku buru-buru menghampiri Athanasia dan Zenith yang sedang bermain di kamar.

"Ibu? Ibu mau bermain bersama kami?" tanya Athanasia.

"Tidak, ibu ke sini untuk memanggil Athanasia," jawabku.

Athanasia menunjuk dirinya sendiri. "Memanggil Athy?"

"Iya, bisakah kamu ikut ibu sebentar? Ada yang ingin ibu bicarakan," ucapku.

"Baik, ibu." Athanasia menoleh pada sepupunya itu. "Zenith tunggu sebentar ya, Athy akan segera kembali."

"Zenith, bibi ingin mengobrol sebentar dengan Athy. Kamu main sendiri dulu tidak apa-apa, kan?" tanyaku.

"Iya, tidak apa-apa kok. Zenith bisa bermain sendiri dulu," jawabnya.

"Ya sudah, kami tinggal dulu ya." Aku menggenggam tangan Athanasia dan membawanya keluar.

"Ada apa, ibu? Apa yang ingin ibu bicarakan sampai membawa Athy ke tempat sepi seperti ini?" tanya Athanasia penasaran.

"Itu...ibu ingin minta tolong padamu. Bisakah kau berpura-pura marah pada Zenith dan berkata tidak mau bermain bersamanya lagi?" ucapku.

Gadis kecil itu langsung menolaknya. "Athy tidak mau. Zenith bisa sedih kalau Athy melakukan itu."

"Tidak sayang, ini hanyalah pura-pura. Nanti kita akan meminta maaf pada Zenith," sahutku.

"Bukankah ibu yang bilang sendiri jangan pernah menyakiti orang lain karena walaupun kita sudah minta maaf, rasa sakit hati itu pasti masih ada dan membekas. Athy tidak mau Zenith sakit hati pada Athy," jelas anak itu.

Yang dikatakan Athanasia memang benar, tapi ini satu-satunya cara untuk melihat kekuatan Zenith. Aku harus memastikan kalau kekuatan itu bukanlah berasal dari sihir hitam. "Ibu yang akan bertanggung jawab, sayang. Ibu mempunyai alasan untuk melakukan hal ini. Tolong bantu ibu ya?"

"Baiklah ibu, tapi sekali ini saja. Jangan pernah meminta Athy untuk melakukan hal seperti ini lagi," ucap Athanasia.

Kemudian kita kembali lagi ke kamar. Athanasia masuk dan aku menunggu di luar kamar.

"Athy kamu sudah kembali. Ayo sini main lagi sama aku," ucap Zenith sambil memegang tangan Athanasia.

Namun Athanasia menepis tangan Zenith. "Tidak. Athy tidak mau main sama Zenith lagi!"

Zenith nampak kebingungan dengan sikap Athanasia yang berubah. "Kenapa? Kenapa Athy tidak mau main sama Zenith lagi? Apakah Zenith melakukan kesalahan pada Athy?"

"Tidak, tapi Athy memang tidak mau lagi bermain sama Zenith dan tidak akan pernah mau bermain lagi sama Zenith." Setelah mengatakan itu Athanasia keluar dari kamar dan meninggalkan Zenith sendirian. Dia menghampiriku sambil menangis. "Ibu, Athy sudah jahat pada Zenith. Setelah ini pasti Zenith membenci Athy."

Aku segera menenangkan Athanasia. "Tidak, sayang. Kamu tidak jahat pada Zenith. Kamu hanya melakukan apa yang ibu minta. Setelah urusan ibu selesai, ibu yang akan berbicara pada Zenith. Ibu berjanji kalau Zenith akan tetap mau bermain bersama Athanasia lagi ya? Jadi berhentilah menangis."

"Sebenarnya urusan apa yang ibu maksud? Kenapa urusan ibu itu mengharuskan membuat Zenith sedih?" tanyanya.

"Ibu ingin melihat kekuatan sihir Zenith. Ibu ingin memastikan bahwa kekuatan Zenith bukanlah kekuatan yang berbahaya," jawabku.

Aku mengintip dan memeriksa keadaan Zenith dari luar kamar. Terlihat kalau gadis kecil itu sedang menangis. Sejujurnya aku sangat sedih melihatnya menangis karena aku tahu Zenith adalah anak yang manis dan baik, tapi aku harus melakukan ini untuk melihat kekuatannya.

Reinkarnasi Diana ( END )Where stories live. Discover now