Chapter 12

390 82 0
                                    

Begitu pagi hari datang, aku bergegas mandi, sarapan, dan pergi ke tempat latihan sihir dengan Lucas.

Selesai latihan sihir, aku langsung latihan memanah dan berpedang bersama Claude. Di luar dugaan, ternyata aku memang mahir menggunakan panah. Seakan aku adalah pemanah hebat di kehidupan sebelumnya.

Claude yang masih tak percaya pun terus menanyakan pertanyaan yang sama berulang kali padaku. "Kau yakin tidak pernah belajar memanah sebelumnya? Kau terlalu hebat untuk dibilang pemula. Kemampuan memanahmu hampir melampauiku."

"Benarkah? Bagus kalau begitu, jadi ada sesuatu yang bisa aku kalahkan darimu," balasku disertai kekehan.

"Kau serius tidak pernah latihan memanah?" tanyanya lagi. Entah sudah berapa kali dia menanyakan pertanyaan yang sama.

Aku menghela nafas panjang. "Aku serius, Claude. Aku tidak pernah belajar memanah. Kau tahu kalau dulu aku adalah seorang penari, kan? Aku tidak ada waktu belajar memanah dan tentu saja aku tidak diperbolehkan belajar memanah karena itu bisa merusak kulitku."

Claude tak bertanya lagi karena yang dikatakan olehku memang masuk akal. Bagi seorang penari, tubuh adalah aset berharganya. Jadi tidak boleh sampai terluka, apalagi memiliki bekas luka.

"Sepertinya aku hanya akan mengajarimu beberapa kali saja, karena kau sudah bisa. Tinggal sering berlatih saja dan itu bisa dilakukan sendiri. Namun kurasa tanpa sering berlatih pun kau akan tetap bisa menggunakannya. Jadi tidak perlu berlatih setiap hari, cukup satu atau dua kali saja dalam seminggu dan gunakan waktumu yang lain untuk berlatih berkuda," jelas Claude.

Mendengar kata berkuda, mataku langsung berbinar. "Berkuda?!"

Claude menganggukkan kepalanya. "Iya, kau juga meminta untuk belajar berkuda, kan?"

"Kau serius?!" tanyaku.

"Tentu. Kapan aku tidak mengabulkan keinginanmu?" sahutnya.

"Entah sudah berapa kali aku mengucapkan terima kasih." Aku menatap mata biru yang sangat indah itu dan tersenyum. "Terima kasih banyak, Claude. Maafkan aku karena selalu merepotkanmu dengan segala permintaanku itu."

"Kamu tidak pernah merepotkanku, Diana. Sudah tugasku sebagai suamimu untuk mengabulkan semua keinginanmu," jawab Claude.

"Kau terlalu baik. Aku jadi tak enak jika terus menjadi pihak yang menerima jadi katakanlah apa yang harus kulakukan untuk membalas kebaikanmu?" ucapku.

"Ada yang bisa kau lakukan," gumamnya.

"Apa? Beritahu aku, aku akan melakukannya apapun itu!" kataku dengan antusias.

Claude melirik ke arahku. "Apapun itu?"

Aku mengangguk cepat.

Pria itu mendekatkan mulutnya ke telingaku dan membisikkan sesuatu. "Berikan layanan malam dengan baik padaku."

Wajahku langsung memerah akibat perkataannya itu. "Apa yang kau katakan?!"

"Bukankah tadi kau bilang akan melakukan apapun untuk membalas kebaikanku? Apa kau bermaksud untuk mengingkari kata-katamu?" tanyanya.

"Bu-bukan begitu." Saking malunya, aku menutup wajahku dengan kedua tanganku. "Ba-baiklah, aku akan melakukannya."

Keesokkan harinya...

"Yang mulia permaisuri, ayo bangun. Saatnya makan siang."

Aku menggeliat dan membuka mataku. "Makan siang? Apa maksudmu, Lily? Aku bahkan belum sarapan."

Gadis itu menghela nafasnya. "Lihatlah keluar, yang mulia permaisuri. Hari sudah terik dan anda mau sarapan? Jam sarapan sudah lewat dari tadi."

"Kenapa kau tidak membangunkanku? Kamu tahu hari ini aku masih harus berlatih pedang, memanah, dan berkuda. Bagaimana aku bisa melakukannya dengan baik kalau makanku tidak teratur?" protesku.

Reinkarnasi Diana ( END )Donde viven las historias. Descúbrelo ahora