Chapter 34

119 20 0
                                    

Hari pun berlalu sangat cepat. Malam sudah tiba lagi dan inilah waktunya aku dan Erez beraksi.

Sesuai permintaanku, kak Anas mengevakuasi semua orang yang ada di dalam istana. Sebelum semua orang benar-benar pergi, mereka semua memintaku untuk berhati-hati. Aku sangat mengerti dengan kekhawatiran semuanya, apalagi dengan keadaan aku baru saja kembali setelah bertahun-tahun. Namun tak kusangka akan sebanyak itu orang-orang yang memintaku untuk berhati-hati.

"Ayo Diana, waktu kita tidak banyak. Kita harus berada di sana sebelum Zenith bangun."

"Iya."

Aku dan Erez bergegas pergi ke kamar Zenith. Selama perjalanan menuju kamar Zenith, tak ada siapapun yang kami temui. Yah karena semuanya sudah di evakuasi ke tempat yang aman. Tetapi sunyinya istana ini membuat suasananya menjadi menyeramkan. Ditambah sekarang adalah malam hari.

Begitu kami sampai di kamarnya Zenith, gadis itu masih dalam keadaan tertidur karena pengaruh sihir.

"Bangunkan dia, Erez," suruhku.

"Baik." Erez menghilangkan sihir tidurnya.
Tak lama kemudian, Zenith membuka matanya dan melihat ke sekelilingnya.

Pandangan gadis itu jatuh ke hadapanku. Dia nampak terkejut melihat aku yang ada di hadapannya sekarang. "Bibi Diana?! Ini benar-benar bibi Diana?!"

"Halo Zenith, bagaimana perasaanmu sekarang?" tanyaku yang masih berusaha bersikap biasa saja.

Bukan menjawab pertanyaanku, Zenith malah memelukku dan menangis. "Bibi Diana, ke mana saja selama ini? Zenith dan Athy sangat merindukan bibi Diana."

Aku membalas pelukannya dan mengelus kepalanya. "Bibi juga merindukan kalian berdua."

"Bibi sudah bertemu dengan Athy dan yang lainnya?" tanya Zenith.

"Iya, bibi sudah bertemu dengan yang lainnya semalam," jawabku.

"Tunggu...bukankah aku ada di taman saat itu? Mengapa sekarang aku berada di kamar? Bagaimana dengan pesta debutantenya? Ah iya saat itu aku meninggalkan tuan Alpheus sendirian." Zenith terus saja menggumamkan sesuatu.

"Apa saja yang kamu ingat, Zenith?" tanyaku.

"Saat itu Zenith meminta izin untuk pergi sebentar pada tuan Alpheus dan..." Zenith tidak melanjutkan ucapannya.

"Dan apa?" tanyaku tak sabar.

"Dan Zenith menangis di taman sendirian, tapi sihir menemui Zenith dan menemani Zenith saat itu," sambungnya.

"Lalu apa yang terjadi setelahnya?" tanya Erez.

"Zenith tidak ingat. Saat Zenith sadar, Zenith sudah berada di kamar," jawabnya.

Aku menatap Erez dan bertanya, "Bagaimana ini? Aku juga tidak merasakan sihir hitam itu di tubuh Zenith."

Erez berdecak kesal. "Dia melarikan diri lagi. Sepertinya dia sudah tahu kalau kita akan ke sini."

Zenith mengernyitkan keningnya. "Sihir hitam? Apa yang bibi bicarakan? Lalu siapa pria ini?"

"Zenith, sihir yang selama ini ada di tubuhmu adalah sihir hitam. Sihir hitam itu mengambil alih tubuhmu malam itu dan membuatmu lepas kendali," jelasku.

"Lepas kendali?! Apakah Zenith menyakiti seseorang malam itu?" tanyanya khawatir.

"Kamu tidak menyakiti siapapun, tapi perkataan yang kamu ucapkan saat itu membuat Athanasia kehilangan kendali. Mananya tak beraturan dan meledak lagi," jawabku.

Zenith terkejut mendengarnya. "Lalu bagaimana keadaan Athy sekarang? Zenith ingin bertemu dengan Athy sekarang."

Zenith berusaha bangun dan aku menahannya. "Tidak ada siapapun di sini, Zenith. Semua orang yang ada di istana telah di evakuasi ke tempat yang aman."

Reinkarnasi Diana ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang