Chapter 31

274 55 2
                                    

Aku mengetuk pintu kamar Athanasia. "Permisi, tuan putri. Saya Dila ingin mengantarkan susu untuk tuan putri."

"Masuklah," jawab Athanasia dari dalam kamarnya.

Aku masuk ke kamarnya dan menaruh segelas susu itu di atas meja samping tempat tidurnya. "Ini susu anda, tuan putri."

"Terima kasih," ucapnya singkat.

"Kalau begitu saya permisi dulu." Aku berjalan ke arah pintu.

Athanasia menghentikan langkah kakiku. "Tunggu."

"Apa ada yang bisa saya bantu, tuan putri?" tanyaku sambil menoleh ke arahnya.

"Tidak sopan sekali kamu. Kamu tidak memberi salam saat masuk ke kamarku dan pergi sebelum aku mengizinkanmu pergi. Di mana sopan santunmu terhadap keluarga kerajaan?!" bentak Athanasia.

Bola matanya yang berwarna biru itu seperti menyala. Aku terkejut melihat Athanasia yang seperti itu. Selama ini aku hanya mengetahui kalau Athanasia adalah anak yang manis dan berhati lembut, tapi sekarang yang kulihat hanyalah Athanasia dengan tatapan tajam. Mirip seperti Claude yang sedang marah.

Aku segera membungkuk dan meminta maaf. Aku lupa kalau sekarang sedang menyamar menjadi pelayan, itulah mengapa aku tidak memberi salam. "Ampuni saya, tuan putri. Saya bersalah."

"Apakah kamu juga meremehkanku seperti pelayan lainnya?!" tanya Athanasia dengan suara yang masih tinggi.

Aku segera menggelengkan kepala. "Tidak, tuan putri. Saya sama sekali tidak bermaksud meremehkan anda. Saya salah karena tidak memberi salam pada keluarga kerajaan."

"Keluarlah! Kalian semua sama saja. Setelah kepergian ibu, sikap para pelayan menjadi kurang ajar!" usir Athanasia.

"Tolong ampuni saya, tuan putri," kataku yang masih dengan posisi membungkuk.

Athanasia berdecak kesal. "Aku bilang keluar! Aku sudah sangat pusing memikirkan Zenith yang menghilang dan sekarang ditambah lagi sikap kurang ajar dari pelayan sepertimu!"

"Nona Zenith menghilang?!" tanyaku terkejut.

"Kamu tidak mengetahuinya? Bukankah para pelayan suka bergosip?" tanya Athanasia.

"Tidak ada yang mau mengajak saya berbicara karena saya adalah pelayan nona Zenith," jawabku.

Mata Athanasia membulat sempurna. "Kamu pelayannya Zenith?! Apakah Zenith pernah menceritakan sesuatu padamu? Zenith pasti pernah menceritakan alasan dia iri dan cemburu padaku, kan?!"

"Tidak. Nona Zenith tidak pernah menceritakan apa-apa pada saya. Nona Zenith adalah anak yang pemalu," jelasku.

Athanasia menghela nafasnya. "Kalau begitu keluarlah. Aku lelah."

"Baik, tuan putri. Berkat dan kemuliaan di atas matahari. Semoga anda tidur dengan nyenyak malam ini." Setelah itu aku keluar dari kamar Athanasia dan melakukan teleportasi ke taman pribadiku untuk menjemput Erez.

Erez yang melihat kedatanganku langsung berlari ke arahku. "Lama sekali sih!"

"Maaf maaf. Tadi ada sedikit keributan di dapur," jawabku.

"Kamu harusnya fokus dengan tujuan awal kita ke sini." Dia menghela nafasnya. "Sudahlah. Jadi, informasi apa yang telah kamu dapatkan?"

"Kita kembali ke menara dulu sekarang. Di sini bukanlah tempat yang tepat untuk membicarakan ini," sahutku.

Saat ingin berteleportasi, suatu suara terdengar dari kejauhan. Aku dan Erez langsung bersembunyi diantaranya semak-semak.

"Kenapa ada Lucas di sini? Bukankah kau bilang tak akan ada orang yang ke sini?" tanya Erez.

Reinkarnasi Diana ( END )Onde histórias criam vida. Descubra agora